Kids

Kids

Welcome to my stories..

Sweet, hate, crying, laugh, smile... angry..
Just tell me...
Love just for everybody who love each other

Inspiring me very much

Hidup ini adalah serangkaian masalah : Bila saat ini kita sedang bergumul dengan sebuah masalah, sebenarnya kita baru saja keluar dari suatu masalah, atau kita sedang bersiap bertemu masalah yang baru. Allah lebih tertarik membuat hidup kita Kudus ketimbang membuat hidup kita bahagia

Thursday, August 28, 2008

Good Luck 4 " Oneng"

Pitasari Dewi To Heni Trias Wijayanti
Subject Good LUck

Hai girl..

Iek tahu today is your last day...
Sorry ndak bisa ucapain Selamat Jalan langsung ya..

Ndak biasanya juga nda cerita2.. tahu2 koq mau kabur..
Dan ternyata keinginanmu Pulkam diwujudkan ya...

Yang penting , tetep bisa sms dong..
Masih bisa chating kapan2...
Masih bisa email2...
Dan masih bisa ketemuan di Jatim .. somewhere, somehow, sometime

Iek cuma bisa berdoa buat kesuksesanmu..
Raih apa yang kauinginkan , keep reading everything 4 your knowledge yaa.. "ya pastilah.."

Terakhir deh..
Terima kasih untuk bantuanmu, our relationship, our pathnership..


Oh iya.. jangan lupa kekurangan cartridge no 45-nya 2 buah dititipin ke Anton / alfa IT ya...

Sukses buat my beloved " ONENG"


Heni Trias Wijayanti To Pitasari Dewi

Hehehehhee...
Iya, hr ini t'akhir aku d Jkt. Akhirnya terwujud juga aku pulang kampung :-)
Tau dr sp? Org2 jg sepertiny jarang ada yg tau siy :-D

Thx buat doa-ny ya
Sukses buat semua & tetep semangat
Jangan lupa kabar-kabari klo maen2 ke Jember ato Jawa timur


Salam
Heni

Note : email aku heni.aku@gmail.com
HP. 0812-1093919


Pitasari Dewi To Heni Trias Wijayanti
Subject Good LUck


heheh.. maklum iek khan sumber gosip juga heheh..
Sukses ya..

eh lupa..
Mumpung masih sempat dan inget...
Mau masuk bulan ramadhan..

Iek minta maaf buat kesalahan iek yang sering disengaja heheh maupu tak sengaja.. dan tidak sengaja hehe..
Moga ibadah puasamu juga jadi afdol... bener ndak tuh ..
Sukses ya neng...
Ati2 di kereta ya... dapet salam dari anton yaa...

Heni Trias Wijayanti To Pitasari Dewi

Hehehhee...
Sama-sama, maapin klo ada salah kata & perbuatan ya

Thx buat kenang2-annya, i like it :-)
Thx...thx...&thx for all
Salam buat temen2 WK & 118 ya

Wednesday, August 27, 2008

Gunung Salak


Gunung Salak sejak jaman dahulu sudah sering dikunjungi oleh para pejiarah, dahulu terdapat patung pemujaan di puncak gunung Salak. Terdapat juga makam Embah Gunung Salak yang sering dikunjungi para pejiarah. Di kaki Gunung Salak banyak terdapat tempat-tempat keramat, makam keramat ada juga pura dengan sebutan Kuil Prabu Siliwangi . Pendakian terbaik dilakukan pada musim kemarau, karena pada musim penghujan jalur menjadi becek seperti rawa, licin sekali dan banyak lintah. Selain itu angin seringkali bertiup kencang.

Gunung ini dapat didaki dari beberapa jalur diantaranya jalur yang umum sering dipakai adalah jalur dari Wana Wisata Cangkuang Kecamatan Cidahu Kabupaten Sukabumi, dari Cangkuang ini ada dua jalur yakni jalur lama yang menuju puncak Gunung Salak 1 dan jalur baru yang menuju Kawah Ratu. Jalur yang penuh dengan nuansa mistik untuk berjiarah adalah jalur dari Wana Wisata Curug Pilung, Desa Giri Jaya, Kecamatan Cidahu, Desa Kutajaya / Cimelati.

JALUR CANGKUANG CIDAHU

Wana Wisata Cangkuang Cidahu ini selain menjadi tempat perkemahan dengan pemandangan air terjun yang indah, sering digunakan para pengunjung untuk menuju ke Kawah Ratu. Dari Jalur ini pendaki juga dapat menuju ke puncak gunung Salak I. Dari Jakarta kita dapat menggunakan bus jurusan Sukabumi atau kereta api dari Bogor jurusan Sukabumi turun di Cicurug atau per tigaan yang juga dengan patokannya Javana Spa Cidahu Sukabumi.. Selanjutnya dari Cicurug disambung dengan mobil angkot jurusan Cidahu.
Di sekitar pintu masuk Wana Wisata ini terdapat tempat-tempat yang nyaman untuk berkemah, juga banyak terdapat warung-warung makanan. Untuk menuju ke air terjun kita harus turun ke bawah dari MCK di dekat pintu masuk pendaftaran arah ke kanan pintu pendaftaran. Untuk menuju ke Kawah Ratu diperlukan waktu sekitar 3-5 jam perjalanan, sedangkan untuk menuju ke puncak Gunung Salak I diperlukan waktu sekitar 8 jam. Kalau awalnya bawa mobil, bisa diparkirkan di atas lokasi pendakian terdekat, ada semacam rumah yang juga jadi villa dan seperti pos-nya voulenteer

Dari Bumi perkemahan menuju Shelter I Jalur awal curam berupa batu-batuan yang ditata rapi. Kita mulai memasuki kawasan hutan tropis yang lebat dengan pohon-pohon yang besar, sekitar 1/2 jam kemudian kita akan menempuh jalur yang berfariasi, datar, naik dan turun.

Menuju Shelter II jalur mulai lembab dan basah, dimusim penghujan banyak terdapat pacet. Beberapa sungai kecil akan kita lewati, namun bila musim kemarau sungai ini akan kering. Kita akan menyusuri jalur yang banyak ditumbuhi pohon-pohon pisang, namun jangan berharap menemukan buah pisang yang matang karena daerah ini banyak di huni monyet. Bila hari menjelang sore kita akan menyaksikan monyet-monyet bergelantungan di sarang mereka disekitar jalur ini.

Di Shelter II ini terdapat tempat yang cukup luas untuk mendirikan tenda, dengan pemandangan hutan tropis yang masih lebat. Di dekat Shelter II ini terdapat sungai yang kering pada saat musim kemarau.

Menuju Shelter III kita akan melewati jalan-jalan yang becek dan berlumpur dan banyak pacet terutama di musim hujan. Bahkan Di beberapa tempat jalur berupa tanah licin yang curam, namun kita masih agak tertolong adanya akar-akar pohon. Shelter III tempatnya luas dan terdapat sungai yang jernih, di tempat ini pendaki dapat mendirikan tenda.

Untuk menuju Shelter IV jalur semakin curam terutama di musim hujan licin sekali karena berupa tanah merah. Di beberapa tempat kita akan melewati tempat-tempat becek yang kadang kedalamannya mencapai dengkul kaki. Jalur akan semakin parah pada saat musim hujan dan banyak sekali pacet. Kita akan melewati dua buah sungai yang jernih airnya, sebaiknya kita mengambil air bersih disini karena disini lah sumber air bersih terakhir terutama di musim kemarau. Shelter IV berupa persimpangan jalan, untuk menuju ke Kawah Ratu ambil jalan ke kiri, sedangkan untuk menuju ke puncak Gunung Salak ambil jalur ke kanan. Di shelter IV yang cukup luas ini pendaki juga dapat mendirikan tenda. Di sebelah kanan shelter IV terdapat sungai kecil yang kering dimusim kemarau.

Ingatlah, kawasan pendakian gunung salah, merupakan lahan Gambut, sehingga banyak tanah lembek, basah, dan sangat memungkinkan lintah menempel pada kulit kita.


MENUJU KAWAH RATU

Dari Shelter IV masih diperlukan waktu sekitar 1 jam untuk menuju Kawah Ratu. Kawah ini terdiri 3 kawah; Kawah Ratu (paling besar), Kawah Paeh (kawah mati), Kawah Hurip (kawah hidup). Kawah Ratu termasuk kawah aktif dan secara berkala mengeluarkan gas berbau belerang.

Dianjurkan agar berhati -hati setibanya di kawasan Kawah Ratu, perhatikan jalan yang dilalui. Di kiri-kanan tampak letupan -letupan kecil kawah aktif yang bersuhu sangat panas. Kawah ratu berupa sungai dengan batu-batuan belerang yang menghasilkan panas, air yang mengalir terasa hangat ada juga yang sangat panas. Banyak wisatawan baik tua maupun anak-anak datang ketempat ini untuk mandi dan melumuri badan dengan belerang yang berkasiat menghilangkan penyakit kulit maupun memutihkan badan. Sebaiknya kita tidak berlama-lama di Kawah Ratu terutama di musim penghujan. Dilarang mendirikan tenda di Kawah Ratu dan tidak minum air Kawah Ratu yang sudah bercampur dengan air belerang.

MENUJU PUNCAK GUNUNG SALAK

Dari Shelter IV kita berbelok ke kanan setelah melewati sungai kecil kita akan bertemu dengan jalur lama di sebuah tempat yang agak luas. Untuk menuju ke puncak kita berjalan ke kiri mengikuti pagar kawat berduri. Jalur agak landai menyusuri punggung gunung yang becek dan di selimuti hutan lebat. Di sisi kiri dan kanan jalur ini banyak ditumbuhi pohon pandan yang daunnya berduri tajam menghalangi jalan, sehingga kita perlu agak hati-hati.

Di musim penghujan jalur ini sangat becek seperti rawa-rawa dan banyak pacet/lintah. Berhubung jalur ini jarang dilalui dan seringkali hilang tertutup pohon dan rumput sebaiknya membawa golok untuk membuka jalur. Setelah 1 jam melintasi rawa-rawa Jalur semakin curam melintasi akar-akar pohon dan bebatuan menyusuri sisi tebing yang sangat berbahaya. Jalur kadang sedikit menurun, agak landai, kemudian kembali menanjak tajam. 1 jam kemudian kita akan sampai di Shelter 3 jalur lama.

Dari Shelter 3 menuju Shelter 4 kita membutuhkan waktu sekitar 1 jam dengan melintasi akar-akar pohon, yang tertutup tanah lunak sehingga kaki bisa kejeblos. Bila angin bertiup kencang maka pohon-pohon akan bergoyang dan tanah yang kita injak pun akan bergoyang. Dari tempat ini kita dapat melihat Kawah Ratu dengan sangat jelas. Di sekitar daerah ini kadangkala kita akan mencium bau belerang yang berasal dari Kawah.

Jalur ini sangat sempit dengan sisi kiri kanan berupa jurang yang curam dan dalam. Jalur berfariasi sedikit turunan kemudian sedikit landai, lalu kita mulai mendaki punggung yang curam kembali. Shelter IV ada sedikit ruang untuk mendirikan 1 buah tenda kecil dengan sisi kanan berupa jurang. Bau belerang yang berasal dari Kawah Ratu kadang tercium ketika angin bertiup ke arah puncak gunung.

Sekitar 1 jam menuju Shelter 5 jalur sedikit menurun kemudian kembali menanjak tajam, menyusuri punggung gunung di antara akar-akar pohon-pohon. Kemudian kita akan memanjat tebing batu curam, kedua tangan kita harus mencari pegangan batu, sehingga semua barang bawaan harus diikat atau dimasukkan kedalam tas. Di Shelter 5 pendaki dapat mendirikan tenda, tempat ini agak luas sehingga bisa digunakan untuk mendirikan beberapa tenda.

Menuju Shelter 6 memerlukan waktu sekitar 1 Jam Jalur semakin curam dan berbahaya, jalur begitu sempit sehingga tidak ada tempat untuk beristirahat. Menuju Shelter 7 jalur semakin curam dan berbahaya kita perlu waktu sekitar 1 jam untuk mendaki punggung gunung yang semakin menanjak. Jalur kebanyakan melintasi akar-akar pohon sehingga bila angin bertipu kencang kita pun akan bergoyang-goyang sehingga menggetarkan jantung.

Di shelter 7 ini terdapat percabangan jalur yakni pertemuan dengan jalur pendakian yang berasal dari Girijaya. Dari Shelter 7 kita hanya tinggal membutuhkan waktu sekitar 10 menit untuk menuju puncak gunung Salak I, jalur sudah tidak terlalu curam lagi, masih melintasi akar-akar pohon dan batu-batuan berselimut tanah gembur.

Puncak gunung Salak I masih banyak ditumbuhi pohon-pohon besar, tempat ini sangat luas dapat digunakan untuk mendirikan beberapa tenda. Terdapat beberapa makam kuno salah satunya makam Embah Gunung Salak. Terdapat juga sebuah pondok untuk beristirahat bagi para pejiarah, Air hujan dari pondok ini ditampung dalam sebuah bak penampungan, sehingga dapat digunakan oleh para pendaki dan para pejiarah. Angin kencang sering bertiup, terutama di musim penghujan.

Untuk mendaki gunung Salak sebaiknya dilakukan pada pertengahan musim kemarau, biasanya jalur tidak terlalu becek, kemungkinan hujan tidak turun, tidak ada pacet / lintah, angin tidak terlalu kencang. Di musim penghujan jalur tertutup tanaman harus membawa golok untuk membuka jalur terutama alang-alang dan daun pandan yang berduri tajam. Lakukan pendakian pada siang hari karena pendakian di malam hari sangat berbahaya berhubung banyaknya jalur-jalur yang sempit menyusuri jurang, juga banyaknya jalur yang memerlukan bantuan kedua tangan kita untuk berpegangan sehingga sulit memegang lampu senter.

JALUR CANGKUANG CIDAHU
Rute Keterangan
1 Wanawisata Cangkuang Cidahu Angkutan umum dari pasar Cicurug
2 Shelter 1 ( Jalur Baru )
3 Shelter 2 ( Jalur Baru )
4 Shelter 3 ( Jalur Baru ) tempat berkemah, ada sungai
5 Shelter 4 ( Jalur Baru ) tempat berkemah, ada sungai kecil
6 Persimpangan Pertemuan 4 jalur dari Cangkuang, Javana Spa, Kawah Ratu, Jalur Ke Puncak
7 Shelter III ( Jalur Lama )
8 Shelter IV ( Jalur Lama )
9 Shelter V ( Jalur Lama )
10 Shelter VI ( Jalur Lama )
11 Shelter VII ( Jalur Lama ) Pertemuan dengan Jaur Girijaya
12 Puncak Gunung Salak I




PASIR RENGIT

Jalur pendakian dari Pasir Rengit, Cibatok ini untuk menuju ke Kawah Ratu medannya menanjak dan berbatu dengan air terjun Pasir Reungit di awal pendakian. Untuk menuju puncak gunung Salak 1 jalur ini merupakan jalur terpanjang karena harus memutar dan melintasi kawah ratu. Di rute ini bisa di jumpai dua kawah berukuran kecil, yakni kawah Monyet dan kawah Anjing. Pada musim hujan beberapa bagian medannya berubah menjadi saluran air alami.

Di sekitar desa Pasir Reungit terdapat Bumi Perkemahan dan tiga air yakni, curug Cigamea satu, curug Cigamea dua, dan curug Seribu, yang dapat disinggahi sebelum ke Kawah Ratu. Curug Cigamea tingginya kurang lebih 50 meter, sedangkan tumpahan airnya melebar. Tidak jauh dari kampung Pasir Reungit, terdapat curug ngumpet. Tumpahan airnya cukup lebar dengan ketinggian sekitar 20 meter, dan menggoda hati untuk mandi dan berenang atau duduk di bebatuan. Curug seribu sangat indah dan menarik, ketinggian curug mencapai 200 meter, dan tumpahan curug cukup besar dan menyatu, sehingga dari jarak jauh sudah terasa percikan airnya yang dingin. Untuk mencapai lokasi curug seribu harus menuruni jalan setapak yang curam sehingga harus ekstra hati-hati.

Untuk menuju ke Pasir Reungit dari stasiun Bogor naik mobil angkot jurusan Bubulak. Sekarang juga sudah ada bis Trans Pakuan dari Bogor, yang Haltenya berada di dekat jembatan penyebrangan terminal, tapi arah yang ke terminal, jadi kalau datang ke bogor, harus nyebrang dulu. Kemudian dari terminal Bubulak disambung dengan mobil angkot jurusan Leuwiliang tahun 2008 abis bbm naik ongkosnya Rp. 5000 dr terminal Bubulak, turun di simpang Cibatok. Dari Cibatok disambung lagi dengan mobil angkutan pedesaan ke Gunung Picung atau Bumi Perkemahan Gunung Bunder yang berakhir di Pasir Reungit. Angkot yang ke Gunung Bunder hanya sampai jam 15- 17 sore. Kalau maualm sudah jatahnya Ojek yang berjuang mencari sesuap nasi.

Perhitungan waktu perjalan ini adalah dalam keadaan santai, untuk pejiarah dan pendaki yang langsung tancap gas (ngebut) maka dari Girijaya ke puncak cukup perlu waktu 2-3 jam, sedangkan dari Cangkuang cukup waktu 4-5 jam. Kondisi cuaca dan jalur dapat berubah setiap saat, mata air di makam eyang santri kadang tidak mengalir dari atas tersumbat daun. Pondok- pondok setiap saat makin bertambah rusak. Pada musim hujan waktu tempuh bertambah lama karena medan menjadi becek, licin, dan tergenang air seperti rawa. Angin kencang sering bertiup menggoyang pohon dan tanah tempat berpijak. Sebaiknya mendaki di musim kemarau dan di siang hari. Di puncak dan sekitarnya kadang kala muncul rombongan monyet.


Dasarnya dari info di merbabu.com, terus iek tambah-tambahin...

Gunung Cikuray



Cikuray yang identik dengan sebuah kerucut raksasa adalah salah satu gunung yang terletak di selatan kota Garut Jawa Barat. Gunung yang termasuk dalam kelompok pegunungan muda ini dikategorikan sebagai gunung yang non aktif. Meskipun gunung ini indah, tetapi termasuk jarang didaki dan dijamah dan harus mengakui kepopuleran gunung lainnya seperti Gunung Gede Pangrango ataupun Gunung Ciremay. Untuk mencapai lokasi pendakian, pendaki bisa memulai dari Cilawu, selanjutnya menuju perkebunan Dayeuh Manggung, sebelum memulai pendakian menuju puncak gunung ini. Dari daerah tersebut pendaki dapat menemukan sebuah tower yang cukup tinggi (TVRI) yang nantinya dapat dijadikan arah (pedoman) dalam perjalanan menuju puncak.Seperti karakteristik dari gunung-gunung lain yang memilikik bentuk seperti ini, mata air mengalir akan sulit ditemukan atau bahkan tidak terdapat sama sekali dalam perjalanan menuju ke puncak gunung, dan mata air yang ada di gunung ini pun hanya ditemukan di bawah (Cilawu atau Dayeuh Manggung). Oleh karena itu para pendaki sebaiknya membawa persediaan air yang cukup.Untuk mencapai puncak gunung yang tingginya mencapai 2821 meter diatas permukaan laut ini, diperlukan waktu tempuh selama 7 sampai 12 jam untuk waktu normal dan pada waktu tertentu sebaiknya pendaki diasarankan agar beristirahat untuk menjaga kondisi dan tenaga. Karena jalur pendakian yang masih termasuk jarang dijamah orang, maka kita akan disuguhkan sebuah pemandangan hutan asri dan alami, tetapi perlu diingat oleh setiap pendaki bahwa dalam perjalanan selama menuju ke puncak kita akan menemukan beberapa percabangan jalan, karena petunjuk menuju puncak gunung tidak terdapat dengan jelas seperti halnya Gunung Gede yang telah menggunakan tanda panah untuk mencapai ke puncak, maka sebaiknya pemimpin rombongan selalu ekstra hati-hati dalam mengambil jalur pendakian, karena tidak sedikit pendaki yang tersesat karena salah dalam menentukan jalur yang akan dilalui dalam pendakian.Hutan yang terdapat di gunung ini merupakan salah satu hutan yang sangat sempurna, karena pada beberapa bagian lereng ataupun lembah hampir tidak pernah dijamah oleh manusia, itu terbukti ketika penulis mencoba membuka jalur baru, penulis tidak menemukan bekas-bekas eksploitasi tangan manusia, bahkan pencari kayupun tidak pernah mencapai lokasi tersebut.Itu terbukti dari tidak adanya jejak yang berupa potongan ranting yang membuka jalan setapak, baik menuju puncak ataupun menuruni puncak. Dan keadaan ini berbeda dengan kebanyakan gunung di Jawa Tengah. Gunung-gunung di Jawa Tengah selain Gunung Slamet (3428 M) telah mengalami eksploitasi besar-besaran sehingga fungsi hutan sebagai penyangga daerah sekitar dan sumber air bersih untuk penduduk menjadi terganggu bahkan di beberapa tempat hampir tidak ditemukan mata air mengalir.Setiap pendaki pasti akan merasa gembira setelah mencapai puncak, begitu juga dalam pendakian ke puncak Gunung Cikurai ini. Pendaki merasa puas setelah mencapai puncak. Khususnya puncak cikurai, pendaki akan disuguhkan pemandangan yang mungkin berbeda dengan pemandangan di puncak gunung lain, karena kalau kita berdiri di puncak gunung ini yang luasnya kurang lebih sebesar “lapangan sepak bola”, pandangan mata kita akan sangat jelas melihat sekeliling gunung, karena tidak ada pohon ataupun bangunan apapun yang menghalangi pandangan kita. Oleh karena itu sebaiknya pendaki mencapai puncak pada dini hari karena ketika matahari terbit, pemandangannya mungkin tidak akan pernah bisa dilupakan.Setelah pendakian puncak selesai, pendaki diberi pilihan untuk jalur penurunan. Pendaki dapat turun menuju Cikajang atau turun melewati jalur awal ketika pendaki memulai pendakian.

Lembah Cikasur ,Argopuro


Bekas landasan pesawat terbang di atas gunung Argopuro itu kini merana dan menimbulkan banyak korban bagi para pendaki. Sejarah pembangunannya banyak memakan korban para pekerja paksa yang dibantai oleh serdadu Belanda. Apakah arwah mereka gentayangan dan menuntut balas?

Gunung Argopuro dengan ketinggian 3088 mdpl yang terkenal dengan puncak Rengganisnya ini memiliki jalur pendakian yang cukup menantang. Oleh sebab itu banyak kalangan yang menyebutkan bahwa medan pendakian di gunung ini terkenal ganas. Hingga banyak korban berjatuhan saat melakukan pendakian. Pada hari biasa tidak banyak warga sekitar kaki gunung yang melintas di jalur pendakian itu, jalur ini baru ramai ketika musim jamur tiba. Penduduk di kaki gunung biasa mencari jamur yang digunakan sebagai makanan tambahan.

Bagi mereka yang merasa tertantang untuk mendaki, jika ingin mencapai Puncak Rengganis dapat lewat dua jalur. Jalur pertama lewat Desa Bremi, Kecamatan Krucil, Kabupaten Propolinggi. Jalur ke dua lewat Baderan, Kecamatan Sumber Malang, Kabupaten Besuki. Kedua jalur ini memiliki medan yang sama berat dan ganas, dengan jalan menanjak, berliku dan licin. Sebelum mencapai puncak terdapat sebuah lembah yang cukup luas dan memancarkan suasana aneh, itulah bekas landasan pesawat terbang peninggalan Belanda.

Lembah di gunung Argopuro ini sejauh mata memandang hanya berupa hamparan ilalang dan pepohonan hutan, dengan cuaca dingin dan berkabut setiap hari. Sinar matahari tak mampu menembusnya hingga siang haripun terasa senja. Itu sekilas gambaran tentang Lembah Cikasur ladang pembantaian (The killing field). Sebab di sekitar landasan pesawat yang dikerjakan dengan rodi itu, terkubur ratusan atau bahkan ribuan rakyat yang dibantai tentara kolonial Belanda.

Bukti-bukti sejarah yang menunjukkan bekas landasan pesawat hanyalah sebuah mesin jenset bekas yang berada di salah satu sudut bekas landasan itu tersembunyi di antara semak belukar. Di badan jenset tampak tulisan 1912, mungkin itu adalah satu-satunya petunjuk masa yang ada. Bukti lain yang masih ada yakni sebuah menara pengawas yang sudah roboh. Sementara tak satupun bekas bangunan tampak disana. Sekarang kondisi bekas landasan pesawat itu hanya berupa lapangan terbuka yang dipenuhi ilalang setinggi orang dewasa.

Reymond (38), pengajar sejarah dan geografi sebuah SMU di Kraksaan yang juga Ketua SAR Jatim di Probolinggo, ketika ditemui mengatakan landasan pesawat buatan jaman Kolonial Belanda itu dikerjakan pertama kali oleh beberapa orang saja dengan upah yang cukup lumayan. Kemudian para pekerja itu dipaksa untuk memberikan propaganda kepada penduduk desa lainnya untuk ikut dalam pembuatan landasan pesawat tersebut. Akhirnya semua orang baik laki-laki, wanita, tua dan muda berduyun-duyun mendaftarkan diri bergabung.

Setelah pembangunan selesai, ternyata para pekerja itu tidak dibayar dan tidak boleh meninggalkan tempat. Dengan perlakuan kasar dan berbagai macam siksaan mereka dipaksa untuk membuat galian yang panjang untuk saluran air. Di sinilah tragedi mengerikan itu terjadi, saat galian tanah selesai dikerjakan tiba-tiba beberapa truk terbuka yang sarat dengan serdadu Belanda bersenjata lengkap mendekat. Para serdadu itu langsung memberondong peluru ke arah pekerja paksa secara membabi buta, “ternyata galian itu sengaja dibuat untuk membunuh serta mengubur para pekerja itu sendiri, hal ini dilakukan mungkin agar tempat itu tidak dibocorkan kepada para pejuang.

Dalam catatan sejarah landasan pesawat ini juga sempat dikuasai tentara Jepang. Namun menjelang kemerdekaan TNI juga sempat menguasainya. Mungkin karena tempatnya di pegunungan yang terpencil, akhirnya landasan pesawat itupun ditinggalkan begitu saja.

Sudah puluhan tahun landasan pesawat itu tidak dijamah orang, bahkan sudah dilupakan. Menurut beberapa penduduk desa terdekat yang sempat ditemui, sekarang bekas landasan itu sudah menjadi tempat yang angker. Hal ini selalu diingatkan penduduk kepada semua pendaki gunung agar tidak melintas atau berkemah di tempat itu. Sepintas tempat itu memang cocok digunakan untuk berkemah, tetapi bila nekad melakukannya disertai tindakan sembrono maka bersiaplah untuk menerima akibatnya.

Seperti pengalaman Nanang Kosim (17) anggota Krapala SMU Krasakan Probolinggo saat melakukan pendakian ke Puncak Rengganis. Sesampai di bekas landasan pesawat itu, Nanang memetik setangkai bunga Tulip tinggalan serdadu Belanda yang sedang mekar. Setelah itu ada perasaan takut selalu mencekam hatinya. Setiap melanjutkan pendakian dia merasakan ada langkah orang yang selalu mengikutinya, ketika ditoleh tak seorangpun berada di belakangnya, begitu seterusnya. Merasakan keadaan demikian, tiba-tiba dia berteriak histeris seperti kesurupan sesuatu. Untung teman-temannya langsung memberikan bantuan dan rencana pendakian Puncak Rengganis dibatalkan.

Kejadian lain yang sering terjadi dan sudah dianggap biasa oleh warga setempat yakni munculnya suara-suara aneh di malam bulan purnama. Suara itu terdengar sayup-sayup dari arah bekas landasan pesawat, seperti aba-aba baris-berbaris dalam bahasa jawa, ji.., ro.., lu.. bila sudah demikian dari kejauhan akan tampak bayangan orang berbaris menuju ke tengah landasan, tetapi hanya tubuh bagian dada atas saja yang kelihatan. Kadang terdengar juga suara isak tangis yang menyayat dari bekas landasan tersebut. Anehnya suara dan bayangan itu akan hilang jika diteriaki.

Beberapa pencari jamur yang sempat melintas menuturkan, kejadian aneh itu disebabkan arwah dari para pekerja yang dibantai serdadu Belanda itu tidak tenang di Alamnya. Tidak itu saja, siang haripun juga banyak terjadi kejadian aneh antara lain adanya “Pasar Setan” juga dapat ditemui di Gn.Argopuro. Julukan yang diberikan warga setempat tidaklah berlebihan, karena pada siang hari terdengar suara berisik layaknya sebuah pasar. Tepatnya di antara Cikarus menuju Cisentor dan Rawa Embek, sebuah tempat mendekati puncak Rengganis. Anehnya bila didekati suara pasar itu akan menghilang, juga tidak akan pernah ditemukan adanya pasar disitu.
Bagi pendaki yang belum pernah melewati tempat rawan ini akan terkecoh dan tersesat. Dua mahasiswa pernah hilang menurut warga setempat karena terpisah dengan rombongannya saat melewati daerah ini, terbukti Tim SAR menemukan tanda-tanda khusus hilangnya mereka di jalur setan itu.
Seperti pengalaman Heri Slamet (25) seorang pendaki yang sempat ditemui di lokasi menuturkan, pernah beberapa waktu yang lalu hampir saja tersesat dan hilang ketika mencoba mencari asal suara dari pasar setan itu. “Terus terang mas, memang saya penasaran dimana sebenarnya letak pasar setan itu. Ternyata ketika berjalan mencarinya malah salah arah dan hampir saja hilang bersama seorang teman pendakian, untung waktu itu segera sadar ketika tahu kalau saya bereda di deretan paling belakang dari rombongan,” ujarnya.

Peringatan kepada para pendaki yang berencana melakukan pendakian di Gunung Argopuro, taati setiap peringatan dari warga setempat jika tidak ingin tersesat dan hilang. Sumber Wahana Mistis Nopember 2001

GUNUNG ARGOPURO JALUR BADERAN



Gunung Argopuro terkenal sangat angker, gunung ini menyimpan misteri legenda Dewi Rengganis yang hilang bersama enam dayangnya. Konon, Sang Dewi bakal marah besar kalau merasa terusik ketenangannya. Pendaki yang suka usil dan mengusik, kalau tidak kesurupan bisa jadi akan kesasar tidak karuan.
Konon terdapat sebuah taman yang sangat gaib yakni Taman Rengganis, tidak semua pendaki dapat melihat taman ini. Beberapa pendaki yang pernah melihat taman ini merasa memasuki sebuah taman yang sangat inidah penuh dengan tanaman bunga dan buah. Pendaki yang mengambil atau memetik tanaman tidak akan dapat keluar taman ini, ia hanya akan berputar-putar di tempat tersebut. Untuk itu hindari merusak tanaman ataupun memindahkan sesuatu.

Gunung Argopuro memiliki banyak puncak, beberapa puncaknya mempunyai struktur geologi tua dan sebagian yang lainnya lebih muda. Puncak Argopuro berada pada ketinggian 3.088 m dari permukaan laut. Gunung yang terletak diantara dua pegunungan raksasa yaitu Gn. Semeru dan Gn. Raung ini dapat kita lihat dari puncak gunung raung ataupun dari puncak Gn. semeru. Gunung yang sudah tidak aktif lagi kawahnya ini terletak di Kab. Probolinggo Jawa Timur.
Untuk menuju ke desa baderan dapat menggunakan angkutan lokal (dari besuki) yang menuju desa ini yang jadwalnya dua atau tiga kali sehari tergantung penumpang.
Di desa baderan juga menyediakan sarana penginapan yang harganya relatif murah bila dibandingkan dengan harga di kota besar.
Pendakian menuju puncak argopuro ini tidak seramai gunung-gunung lain di jawa timur, Pendaki wajib melaporkan diri Kantor Polisi Sektor Sumber Malang yang berada sekitar 1 km dari Baderan, atau pada kantor Perhutani yang berada tepat di pertigaan jalan Desa Baderan. Pendaki yang akan mendaki ke gunung ini disarankan untuk mengerti betul teknik dan medan yang akan dilalui karena tanggung jawab keselamatan apabila terjadi musibah di gunung ini adalah menjadi milik pendaki sendiri sehingga persiapan dan kekompakkan sangat diperlukan.
Jalur yang dilalui selama perjalanan memang sudah cukup jelas tetapi harus melingkar dan naik turun beberapa bukit, waktu pendakian menuju puncak akan lebih lama. Oleh karena itu pendaki disarankan untuk memperhitungkan persediaan logistik minimal untuk keperluan 3 hari. Persediaan air bersih di gunung Argopuro ini sangat berlimpah, meskipun di musim kemarau. Mata air dapat ditemukan mulai dari kaki gunung hingga hampir puncak gunung. Pada musim hujan banyak sekali sungai-sungai kecil yang biasa kering di musim kemarau akan terisi air. Pacet atau Lintah pada musim kemarau tidak ada namun bila di musim hujan akan muncul banyak sekali.
Pada waktu dan cuaca yang normal pendakian menuju puncak akan membutuhkan waktu sekitar 10 - 12 jam.
Perjalanan akan dimulai dari desa Baderan, kendaraan angkutan desa berhenti di pertigaan ini, terdapat kantor Perhutani. Dari pertigaan ini kita berjalan menuruni jalan aspal sekitar 200 meter, kemudian berbelok ke kiri menapaki jalan yang diperkeras dengan batu. Sekitar 1 km kita akan berjumpa dengan sumber air desa, kita masih terus berjalan sekitar 1,5 km lagi menapaki jalan berbatu yang menyusuri lereng bukit yang banyak ditumbuhi dengan tanaman jagung dan tembakau.
Selanjutnya perjalanan mulai memasuki kawasan hutan yang banyak dihuni babi hutan, lutung dan aneka burung. Setelah berjalan sekitar 3 jam kita sampai di Km 4,2 dimana terdapat mata air yang sangat jernih. Di tempat ini juga terdapat tempat terbuka yang dapat digunakan untuk mendirikan tenda. Tempat ini berada di punggung bukit sehingga bila ada angin kencang akan terganggu.
Masih menyusuri hutan yang semakin lebat dan gelap, jalur menyurusi punggung dan lereng jurang yang sangat dalam. Di km 7 kita akan berjumpa dengan sungai yang kadang kering, bila hujan sungai ini akan terisi oleh air, mendaki bukit yang di tumbuhi pohon cemara, selanjutnya di km 8 menapaki padang rumput. Jalur selanjutnya di dominasi oleh padang rumput yang pemandangannya sangat indah.
Setelah berjalan sekitar 5 jam kita akan sampai di km 15 di Cikasur, di sini terdapat sebuah lapangan datar yang sangat luas. Dahulunya pada jaman Belanda akan dibangun sebuah lapangan terbang. Masih terdapat sisa-sisa pondasi landasan, dan sisa-sisa bangunan yang sering dipakai untuk mendirikan tenda.
Konon pendaki yang menginap di tempat ini sering mendengarkan jeritan-jeritan kesakitan para pekerja paksa yang disiksa dan dikuburkan secara masal dalam parit-parit yang mereka gali sendiri. Konon juga ada kebun bunga Tulip yang ditanam oleh tentara Belanda dan roh tentara tersebut masih menjaganya, pendaki yang pernah menemukan kebun ini dan memetik bunganya akan di kejar-kejar oleh hantu tentara Belanda tersebut.
Terdapat sungai yang sangat jernih, yang airnya berlimpah meskipun di musim kemarau. Membuat ingin minum sepuas-puasnya dan ingin mandi menceburkan diri. Di Cikasur ini juga terdapat sebuah bangunan dari kayu yang dapat digunakan untuk berlindung dari angin dan hujan. Namun sayang kecerobohan pendaki dengan membuat api di dalam bangunan ini telah merusakkan lantai bangunan yang terbuat dari kayu.
Dari Cikasur kembali menapaki padang rumput gimbal, yakni rumput yang daun - daunnya keriting. Perjalanan di siang hari akan terasa sangat panas dan melelahkan, namun bila kita menikmati pemandangan padang rumput yang indah ini kita akan lupa semua penderitaan selama perjalanan. Di kawasan padang rumput ini rawan kebakaran sehingga harus hati-hati bila membuat api unggun.
Setelah berjalan sekitar 2 jam melewati beberapa padang rumput kita akan mendaki dua bukit yang banyak terdapat pohon-pohon sisa kebakaran hutan. Di tempat ini edelweis banyak tumbuh dan bunganya mulai bermekaran. Tempat ini pun rawan kebakaran, dan angin seringkali bertiup sangat kencang. Pohon-pohon sisa kebakaran sangat rawan tumbang, sehingga perlu hati-hati melewati jalur ini bila angin bertiup kencang.
Setibanya dipuncak bukit kita akan menyusuri lereng gunung yang berada di sisi jurang yang sangat dalam. Di sepanjang jalur ini hutan sangat lebat dan masih banyak terdapat binatang-binatang, seperti lutung dan aneka burung. Jalur ini sangat berbahaya karena rawan longsor dan pohon-pohon mudah tumbang, sementera di sisi kita jurang yang sangat dalam.
Selanjutnya kita akan tiba di ujung bukit, menuruni bukit yang sangat terjal dan menyeberangi sungai yang airnya berlimpah meskipun di musim kemarau. Kita telah sampai di Sicentor yakni pertigaan tempat pertemuan jalur baderan dan bremi yang bersatu menuju puncak. Di tempat ini kita dapat mendirikan tenda untuk beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan ke puncak. Di Sicentor terdapat sebuah bangunan dari kayu yang dapat digunakan untuk berlindung dari hujan dan angin.
Dari Sicentor perjalanan mendaki bukit melintasi padang rumput dan padang edelweiss, sekitar 1 jam perjalanan akan berjumpa dengan sungai yang kering. Setelah menyeberangi dua buah sungai kering kembali melintasi padang rumput dan padang edelweis yang sangat indah. 1 jam berikutnya akan tiba di Rawa Embik.
Untuk menuju puncak belok ke kiri, namun bila ingin beristirahat dapat mendirikan tenda di Rawa Embik. Di tempat ini terdapat sungai kecil yang selalu berair di musim kemarau. Rawa Embik berupa lapangan terbuka sehingga bila angin bertiup kencang tenda dapat bergoyang-goyang dengan keras.
Dari Rawa Embik kembali berbelok kearah kiri melintasi padang rumput, untuk menuju ke puncak yang membutuhkan waktu sekitar 2 jam perjalanan. Dari padang rumput berbelok ke kanan mendaki lereng terjal yang berdebu dan banyak pohon tumbang sisa kebakaran. Bila angin bertiup kencang pohon-pohon sisa kebakaran ini rawan tumbang sehingga harus berhati-hati. Tanah gembur berdebu juga rawan longsor harus berhati-hati melintasinya.
Selanjutnya sedikit turun kita akan melintasi sebuah sungai yang kering dan berbatu. Kembali mendaki bukit yang terjal, kita akan berjumpa dengan padang rumput dan padang edelweis yang sangat indah. Di depan kita nampak puncak Rengganis yang berwarna keputihan, terdiri dari batu kapur dan belerang.
Puncak gunung Argopuro adalah bekas Kawah yang sudah mati, bau belerang masih sangat terasa. Puncak ini berbentuk punden berundak semacam tempat pemujaan, punden paling bawah selebar lapangan bola di sini banyak terdapat batu-batu berserakan. Ke atas lagi selebar sekitar 10 x 10 meter, ke atas lebih kecil lagi. Selanjutnya kita akan melintasi bekas kawah yang banyak terdapat batu-batu kapur berwarna putih dan bau belerang. Pada puncaknya terdapat sisa-sisa bangunan kuno candi tertinggi di jawa yang diyakini sebagai petilasan Dewi Rengganis.

JALUR BADERAN
Surabaya - Besuki Bus jurusan Banyuwangi / Bondowoso 4 jam
Besuki - Baderan Mobil angkutan desa 1,5 jam
Baderan - KM 2 Jalan berbatu terdapat sumber air desa di Km 1,1 menyusuri Kebun tembakau dan jagung 1,5 jam
KM 2 - Km 4,2 Memasuki kawasan hutan yang pohonnya jarang Km 4,2 Tempat berkemah dan terdapat Mata air 1 2,5 jam
Km 4,2 - Km 8 Kawasan hutan lebat menyurusi jurang yang sangat dalam Km 7 ada sungai kering 3 jam
Km 8 - Km 16 Kawasan Padang Rumput Gimbal kadang memasuki hutan 2 jam
Cikasur Terdapat sungai jernih dan lapangan luas bekas landasan pesawat jaman Belanda Tempat berkemah
Km 16 - Km 18 Kawasan padang rumput 1,5 jam
Km 18 - Km 20 Kawasan hutan sisa kebakaran dan padang edelweis 1 jam
Km 20 - Sicentor Kawasan hutan lebat menyusuri tepian jurang dalam 30 menit
Sicentor Tempat berkemah, terdapat sungai yang airnya berlimpah, pertemuan jalur Baderan, Bremi, dan Puncak
Sicentor - Rawa Embik Melewati padang rumput, padang edelweis, sungai kering, padang rumput 2 jam
Rawa Embik tempat berkemah dan terdapat sungai kecil
Rawa Embik - puncak Rengganis Melintasi padang rumput dan lereng gunung yang rawan longsor dan pohon tumbang. 2 jam
Puncak Rengganis Bekas Kawah yang sudah mati, bau belerang masih terasa. Puncak berbentuk punden berundak semacam tempat pemujaan, punden paling bawah selebar lapangan bola, ke atas selebar sekitar 10 x 10 meter, ke atas lebih kecil lagi.

Tuesday, August 26, 2008

Alat alat survey






Alat-alat survey yang dipergunakan dalam pemetaan gua yang menggunakan pengaruh medan magnetik. Dibawah ini adalah alat-alat dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk pemetaan gua secara magnetik yang biasa dipergunakan dalam survai dan pemetaan gua.
1. Pita ukur
Untuk Grade 5 dan di atasnya, pita ukur yang dipergunakan adalah yang terbuat dari bahan fibber. Ketelitian yang dapat dicapai adalah sampai dalam satuan centimeter. Pergunakan pita ukur yang memiliki panjang maksimal 30 meter. Karena, pengukuran lorong yang memiliki panjang lebih dari 50 meter, akan terjadi lengkungan pada pita ukur karena berat pita sendiri. Sehingga terjadi kesalahan pengukuran bila tetap dipergunakan.
Gambar Pita Ukur2. KompasMengukur besarnya azimuth (besar sudut) arah lorong terhadap arah Utara 0º.
Gambar Compass merek Suunto yang biasa dipergunakan, Penggunaan Kompas
3. ClinometerMengukur sudut kemiringan terhadap bidang datar.
Gambar Clino










Gambar Kompas dan Clino tandem












Alat pengukur sudut vertikal lain yang bisa dipergunakan misalnya adalah Abney level
Gambar Abney Level4. TopofilAlat ini pada prinsipnya mempunyai fungsi yang sama dengan pita ukur. Alat ini ditambahkan dengan kompas di dalamnya. Namun saat ini perkembangan peralatan ini sudah maju dengan berbagai desain yang menguntungkan dalam pemakaian. Topofil bekerja atas dasar roda yang berputar menggerakkan revolution counter dalam satuan centimeter. Berputarnya roda tersebut karena benang yang dililitkan pada roda tersebut dan ditarik pada antar stasiun. Beberapa merek topofil : Topofil TSA, Topofil Dressler, Topofil Vulcain.Alat ukur lain dengan menggunakan telemetri (ultrasonic rangefinder). Namun alat ini jarang sekali dipakai. Kerja terbaik alat ini pada jarak yang relatif pendek (< href="http://www.subterra.or.id/dat/koment.php?id=23_0_1_7_C2">Survai Leap Frog Methode
Gambar Worksheet Untuk Skets
6. PensilPenggunaan pensil sebagai alat tulis untuk mencatat rekaman data sangat efektif. Kondisi dalam gua yang paling buruk, sangat sedikit pengaruhnya terhadap pensil, dibandingkan dengan alat tulis lainnya. Untuk itu work sheet juga dipakai bahan yang dapat ditulis dengan pensil.7. PenghapusUntuk menghapus kesalahan penulisan yang terjadi pada saat pencatatan di Work Sheet atau pencatatan detail.8. Lampu senterPembacaan kompas dan clinometer membutuhkan penerangan. Untuk itu lampu senter yang dipakai sebagai alat penerangan, berdiri sendiri, tidak diperhitungkan sebagai alat penerangan penelusuran. Usahakan memakai senter yang tidak terbuat dari bahan logam. Dan ketika menggunakan senter untuk menerangi kompas, jangan terlalu dekat sehingga dapat mempengaruhi medan magnetik kompas.

Gunung Lawu


Pendakian ke Gunung Lawu..


16 Agustus 2001
anggota tim dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok pertama berangkat dari Base camp Cikarang terdiri dari 11 orang sedangkan dari base camp Cempaka Putih terdiri dari 4 orang. Kedua tim akan bertemu di stasiun Jatinegara sebagai keberangkatanh. Pukul 5 sore, anggota tim telah terkumpul semua dan siap untuk berangkat. Kereta datang terlambat 15 menit. Ketika kereta datang, sungguh tidak terduga bahwa akan sepadat itu. Semua berusaha untuk dapat naik ke kereta. Dengan susah payah akhirnya 12 orang berhasil naik. Namun sayang 3 orang tertinggal karena sudah tidak memungkinkan lagi untuk naik kereta tersebut. Akhirnya yang 3 orang berusaha untuk naik kereta selanjutnya yaitu kereta Senja Utama Solo. Namun apa daya kereta tersebut pun sangat padat. Akhirnya ketigaorang ini menyusul dengan bis dari terminal Pulogadung. Saat itu rombongan kembali terpecah menjadi 2.

17 Agustus 2001
Rombongan pertama (kereta)
Di kereta kami berkenalan dengan seorang pendaki lain yaitu Solihin (I’ink). Dia juga akan ke Lawu. Sendiri. Akhirnya kami ajak dia bergabung bisar lebih seru. Sehingga rombongan menjadi 13 orang. Kereta sampai juga di stasiun Solo pada pukul 14.00. Perjalanan dilanjutkan ke pasar Tawangmangu dengan bis selama kira-kira 1 jam. Kemudian dilanjutkan dengan angkot untuk sampai ke basecamp terakhir di kaki gunung yaitu Cemoro Sewu pada pukul 16.00. 11 orang melanjutkan pendakian, sedangkan 2 orang tinggal untuk menunggu rombongan kedua.

Rombongan kedua (bis)
Sekitar pukul 10 berangkat dari statiun Pulogadung dan sampai di terminal bis Solo sekitar pukul 13.00. Berangkat dengan bis ke Tawangmangu sekitar 1 jam. Setelah itu dilanjutkan ke Cemoro Sewu dan setelah istirahat selama 30 menit, melanjutkan pendakian sekitar pukul 5 sore.

Setiap anggota rombongan punya kekuatan tenaga yang berbeda-beda. Setiap orang berusaha untuk melanjutkan pendakian sesuai dengan kemampuan masing-masing. Meskipun dengan speed yang sedang, semua punya semangat yang besar untuk tetap melanjutkan perjalanan.


Berikut ini... sekilas PJL Lawu..

Kegiatan ini diikuti oleh 14 (empat belas ) orang anggota dan 1 ( satu ) orang instruktur dari Wanadri, pada hari Kamis - Minggu ( tanggal 16 – 20 Agustus 2001 ), berangkat dari PT. Kalbe Farma menuju Gunung Lawu, Solo Jawa Tengah pukul 18.00, sampai di Solo Hari Jumat ( 17 Agustus 2001 ) pukul 09.30.
Pendakian dimulai dari pintu masuk Cemoro Sewu, yang terbagi menjadi 2 regu, regu I sebanyak 10 orang, dan regu II sebanyak 5 orang. Regu I berangkat pada pukul 15.30, dan direncanakan sampai pada shelter (pos I) untuk menunggu regu II. Hal ini dilakukan karena adanya peserta yang terlambat datang karena menyusul menggunakan bis sebanyak 3 orang. Regu II tiba di Cemoro sewu pukul 16.00 dam memulai pendakian pukul 16.15.
Regu I tiba di Pos I pukul 16.00 dan menunggu regu II yang tiba pukul 16.45. Pada pukul 17.00 semua bergabung dan melanjutkan perjalanan hingga pukul 22.00 WIB di Pos II untuk beristirahat. Pukul 22.15 perjalanan dilanjutkan hingga Pos III, tiba di Pos III pukul 23.15 dan akhirnya membuka tenda dan beristirahat untuk melanjutkan pendakian pagi hari.
18 Agustus 2001 pada pukul 06.00 Karpala Kalfa mulai persiapan untuk melanjutkan perjalanan menuju Pos IV. Pukul 06.15 menit perjalanan dilanjutkan kembali. Untuk tiba di Pos IV kita memerlukan waktu ± 1 jam berjalan, dan langsung melanjutkan ke Pos V yang ditempuh selama ± 1 jam juga. Di Pos V kita beristirahat selama ± 30 menit. Perjalanan dilanjutkan pukul 09.00 dan tiba di puncak pada pukul 09.30 WIB. Tiba di puncak kita beristirahat selama 3½ jam.
Turun gunung dilakukan pada pukul 13.00. Dan tiap pos kita beristirahat sedikitnya 15 menit. Perjalanan dari puncak Gunung Lawu hingga pos I ditempuh sekitar 7 jam . Tiba di pintu masuk Cemoro sewu pada pukul 20.30. Peserta beristirahat untuk membersihkan diri dan makan di Cemoro Sewu.
Sekitar pukul 21.00 peserta persiapan pulang menuju ke Stasiun Solo Jebres untuk naik kereta api. Tiba di Stasiun Solo Jebres pukul 22.00 dan kita mendapatkan informasi bahwa kereta tujuan Jakarta berangkat Pukul 06.00. Terpaksa peserta harus menginap dan beristirahat di Stasiun Solo Jebres untuk pulang ke Jakarta dengan kereta api pagi pukul 06.00 pada tanggal 19 Agustus 2001.
Kereta Api berangkat dari Stasiun Solo Jebres pukul 06.00 dan tiba di Jakarta ( Stasiun Bekasi ) pukul 20.30.


lanjutnya...

Berikut literatur tentang Gunung Lawu


Gunung Lawu terletak di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Puncak tertinggi gunung Lawu (Puncak Argo Dumilah) berada pada ketingggian 3.265 m dpl. Kompleks Gunung Lawu ini memiliki luas 400 KM2 dengan Kawah Candradimuka yang masih sering mengeluarkan uap air panas dan bau belerang. Terdapat dua buah Kawah tua di dekat puncak Gunung Lawu yakni Kawah Telaga Kuning and Kawah Telaga Lembung Selayur.
Banyak sekali tempat-tempat yang dikeramatkan oleh masyarakat sehingga tidak hanya anak muda, tetapi banyak orang tua yang mendaki gunung Lawu untuk berjiarah. Masyarakat Jawa percaya bahwa puncak gunung Lawu dahulunya adalah merupakan kerajaan yang pertama kali di pulau Jawa. Gunung Lawu ini sangat berarti bagi Masyarakat Jawa terutama mereka yang masih percaya dengan Dunia Gaib. Pernah suatu ketika tempat-tempat keramat di Gunung Lawu ini diobrak-abrik oleh orang-orang yang tidak menyukainya, namun mereka mengalami celaka bahkan mati mengenaskan. Untuk itu bagi para pendaki yang tidak percaya dengan tempat-tempat keramat di gunung Lawu, harap tetap menghargai kepercayaan masyarakat setempat, agar terhindar dari malapetaka.
Terdapat banyak tempat wisata disekitar gunung Lawu seperti Telaga Sarangan, Air Terjun Grojogan Sewu, Tawangmanu, Candi Sukuh, Sangiran, Kraton Solo.


MENDAKI DARI KOTA SOLO
Untuk mendaki gunung Lawu dapat ditempuh dari kota Solo ataupun Madiun. Dari Jakarta kita naik kereta api atau bus jurusan Solo, perjalanan dengan bus memerlukan waktu sekitar 10-12 jam. Stasiun kereta api Solo Balapan berada tidak jauh dari terminal bus Tirtonadi, kita dapat naik becak atau berjalan kaki ke terminal Tirtonadi. Terminal ini berada di belakang stasiun kurang lebih 500 meter. Bila Anda turun di stasiun Jebres, Anda harus berjalan kaki sekitar 1 Km menuju jalan raya yang dilalui bus.
Dari terminal kita naik bus jurusan Tawangmangu berjarak tempuh sekitar 40 KM atau sekitar 1,5 Jam. Kereta maupun bus dari Jakarta biasanya sampai di Solo pagi sekali. Waktu mendaki terbaik adalah pada malam hari sehingga masih banyak waktu untuk istirahat di Solo, Tawangmangu, atau Cemoro Sewu. Mobil terakhir dari Kota Solo menuju Tawangmangu sekitar pukul 17.30. Bus-bus tua membawa kita menuju ke Tawangmangu, sepanjang jalan mendaki dan berkelok-kelok dengan pemandangan yang sangat indah. Tawangmangu suatu kawasan lereng gunung dengan ketingggian 1.305 m, berudara segar banyak terdapat villa dan penginapan.
Ada beberapa tempat wisata dan yang sangat terkenal adalah air terjun Grojogan Sewu, di areal taman Grojogan Sewu disini terdapat banyak kera dan kita dapat menikmati sate Kelinci.
Menurut cerita wayang Prabu Baladewa pada saat menjelang perang Baratayudha, disuruh Kresna untuk bertapa di Grojogansewu. Hal ini untuk menghindari Baladewa ikut bertempur di medan perang, sebab kesaktiaannya tanpa ada musuh yang sanggup menandingiya.
Ada juga air terjun Pringgodani, tempat bertapa Prabu Anom Gatotkaca anaknya Bima. Untuk menuju kesana melewati jalanan yang sempit dan terjal. Disini terdapat pertapaan yang juga ada sebuah kuburan yang konon merupakan kuburan Gatotkaca. Kuburan ini dikeramatkan dan banyak pejiarah yang datang. Diatasnya terdapat hutan Pringgosepi.
Gunung Lawu dapat didaki lewat Cemoro Kandang (Jawa Tengah) atau Cemoro Sewu (Jawa Timur), jarak kedua tempat ini tidaklah begitu jauh. Dari Tawangmangu kita bisa naik mobil Omprengan menuju Cemoro Sewu atau Cemoro Kandang. Apabila terlalu sore kita harus mencarter mobil dan bila tidak ada mobil kita harus berjalan kaki sekitar 9,5 Km menuju Cemoro Kandang atau 10 Km menuju Cemoro Sewu. Mobil terakhir omprengan biasanya sekitar pukul 17.00, namun bila sedang ramai kadangkala jam 19.00 masih ada mobil omprengan.
Di Cemoro Sewu terdapat pemancar TVRI yang mengarah ke Jawa Tengah dan Jawa Timur. Cemoro Sewu berada pada ketinggian 1.600 mdpl, sore hari udara di tempat ini sudah terasa dingin sekali. Para pendaki biasanya beristirahat dipos Cemoro Sewu untuk menunggu malam hari tiba, karena pendakian terbaik pada malam hari ( 21.00 - 23.00 ) dan kita sampai dipuncak menjelang pagi untuk menyaksikan sunrise.
Puncak Gunung Lawu berjarak 9 Km dari Cemoro Sewu atau 12 Km dari Cemoro Kandang. Gunung Lawu memiliki dua buah Kawah tua yakni Kawah Telaga Kuning dan Kawah Telaga Lembung Selayur Terdapat tempat-tempat keramat menjelang puncak Argodumilah, diantaranya Sendang Panguripan, Sumur Jolo Tundo, Gua Sigolo-golo, Sendang Drajad, Argo Dalem, dan Argo Dumilah.


JALUR CEMORO SEWU

Akhir Tahun 2003, TIM Merbabu.Com yang terdiri dari Ida, Nano, Maulana, Arie, Steve, Ade, dan Widias melakukan pendakian ke Gunung Lawu. Dari Kota Solo Tim Skrekanek naik taxi ke terminal Tertonadi, kemudian naik bus Jurusan Solo - Tawangmangu.
Dari Tawangmangu TIM Merbabu.Com berjalan kaki ke Cemoro Sewu, jaraknya 10 km dan menanjak. Badai besar dan hujan deras menghujam kami, sehingga kami basah kuyub dan terdorong oleh angin. Dari para supir mobil yang baru turun kami mendapat kabar bahwa gunung Lawu sedang ada badai yang sangat besar, konon di puncak sedang terjadi sesuatu yang tidak beres sehingga penguasa Gunung Lawu sangat marah. Kami melewati Pos Cemoro Kandang Jawa Tengah dan meneruskan ke Pos Cemoro Sewu Jawa Timur, jarak kedua pos ini tidak terlalu jauh sekitar 1 Km meter.
Pagi itu udara berkabut tebal, hujan pun turun, angin kencang menderu-deru mengoyang pohon-pohon menghempaskan tenda-tenda di sekitar Pos Cemoro Sewu. Udara terasa sangat dingin, beberapa kelompok pendaki yang sudah siap akan melakukan perjalanan pendakian tampak agak ragu untuk memulai pendakian.
Jalur Cemoro Sewu memiliki jalan setapak berbatu yang sudah tertata rapi hingga menuju Pos 1. Awal perjalanan jalur ditumbuhi oleh pohon-pohon Cemara, karena lebatnya hutan Cemara yang tumbuh maka daerah ini dinamai Cemoro Sewu (Seribu Cemara). Pemandangan kontras segera muncul setelah melewati hutan Cemara. Di kiri kanan jalur terdapat kebun sayur hingga mencapai Pos 1. Sementara di sela-sela Kebun Sayuran pohon- pohon sisa kebakaran nampak kering, menunggu untuk roboh.
Sebelum sampai Pos 1 terdapat Sumber Air Wesanan dipuncak gunung kita menemukan tempat-tempat mata air yang dikeramatkan oleh masyarakat. Jalur mendatar dan sedikit menanjak hingga Pos Pertama. Pos pertama kami bertemu dengan pendaki lain yang sedang beristirahat, di sini juga terdapat sebuah bangunan untuk beristirahat juga ada sebuah warung makanan, yang buka pada hari Kamis-Minggu dan pada musim-musim ramai pendakian dan ramai orang berjiarah.
Menuju Pos 2 jalur melewati batu-batuan dengan kemiringan yang cukup tajam. Kita akan melewati tempat keramat yakni Watu Jago, sebuah batu besar yang bentuknya menyerupai ayam jago.
Pos 2 berupa dataran yang agak luas, banyak ditumbuhi pohon-pohon besar dan banyak batu besar, sehingga pendaki dapat membuat tenda ditempat ini dengan nyaman karena terlindung dari hempasan angin. Bila ramai di Pos 2 ini juga sering terdapat pedagang makanan. Di Pos ini terdapat bangunan beratap yang sering digunakan para pedagang untuk berjualan makanan.
Dari Pos 2 menuju Pos 3 Jalur batu-batuan semakin curam dan menanjak. Di jalur ini terdapat asap belerang sehingga pendaki disarankan untuk tidak berlama-lama beristirahat di Pos 3. Menuju Pos 4 jalur menanjak, merangkak pada batu-batuan. Pos 4 hanya berupa tempat datar yang sempit yang berada di cerukan tebing batu, hanya cukup untuk mendirikan satu buah tenda, tempat ini sedikit terlindung dari hempasan angin.
Setelah melewati Pos 4 kami sudah berada dilereng yang curam, angin sangat kencang dan dingin sekali. Jalanan sangat sempit dan curam, Ade badannya hampir beku, kami berusaha mencari celah bukit untuk berlindung dari angin. Kami menemukan sedikit celah dan cukup luas untuk berempat beristirahat. Kami kumpulkan sisa-sisa api unggun pendaki lainnya. Lama sekali kami berusaha membuat api unggun , namun tiada kunjung nyala, sementara kami semakin kaku kedinginan. Akhirnya kami membakar kaos kaki dan celana dalam satu persatu untuk menghangatkan badan.
Pos 5 atau Pos Sumur Jolotundo berada di dekat Sumur Jolotundo yang sangat keramat. Pos ini berupa tempat datar terbuka yang luas dapat untuk mendirikan beberapa tenda. Namun di tempat ini kurang terlindung dari hempasan angin.
Dari Pos 5 kita sedikit turun, kemudian sedikit mendaki dan mengelilingi salah satu puncak, untuk menuju ke Sendang Drajad. Dari Sendang Drajad dapat dilanjutkan ke Puncak Argo Dumilah, atau jalan lagi melingkari salah satu puncak menuju Hargo Dalem. Dari Hargo Dalem pendaki dapat melanjutkan perjalanan melalui Jalur Cemoro Kandang atau Jalur Candi Seto.
Puncak gunung Lawu pagi itu udaranya sangat bersih kami dapat melihat pantulan matahari di Samudera Indonesia, deburan dan riak ombak Laut Selatan sepertinya sangat dekat. Sangat jelas terlihat kota Wonogiri juga kota-kota di Jawa Timur.
Tampak waduk Gajah mungkur juga telaga Sarangan. Sayang sekali kami tidak bisa lama tinggal di puncak karena udara sangat dingin dan angin bertiup sangat kencang, padahal tidak ada awan maupun kabut.

PENDAKIAN DARI CEMORO KANDANG JUNI

Di Pos Cemoro Kandang terdapat MCK, mushola, dan sebuah ruangan kecil untuk beristirahat. Terdapat sebuah aula terbuka yang dapat digunakan untuk mengadakan acara-acara bersama. Di depan Pos ini juga banyak terdapat warung-warung makanan dan minuman. Pos Cemoro Kandang ini dikelola oleh Kelompok Pecinta Alam yang tergabung dalam wadah Anak Gunung Lawu. Sedangkan Pos Cemoro Sewu dikelola oleh kelompok Pecinta Alam yang tergabung dalam Paguyuban Giri Lawu.
Jalur Cemoro Kandang jaraknya sedikit lebih jauh dibandingkan dengan jalur Cemoro Sewu, namun jalur ini agak landai sehingga dapat dilalui pejiarah dengan menggunakan kuda yang disewa dari Tawangmangu. Jalur Cemoro Kandang juga dapat digunakan untuk melakukan petualangan Sepeda Gunung. Pos-pos di sepanjang jalur ini berupa bangunan beratap yang sudah rusak, kecuali di Pos 1 dan Pos 2 dalam kondisi masih utuh dan pada hari-hari tertentu digunakan untuk berjualan makanan. Jalur ini didominasi tanah merah, sehingga pada saat turun hujan atau sesudah turun hujan jalur sangat licin.
Dari Cemoro Kandang menuju Pos 1 (Taman Sari Bawah) jalur agak landai, selama perjalanan bila cuaca cerah tak berawan pendaki akan dapat menyaksikan puncak Cokro Suryo. Sebelum mencapai Pos 1 terdapat jalan setapak yang menuju ke Air Terjun. Di jalur ini seringkali bau belerang sudah mulai tercium. Pos 1 terdapat bangunan yang dapat melindungi pendaki dari hujan dan terpaan angin kencang. Pada hari Kamis - Minggu biasanya terdapat pedagang makanan yang menempati Pos ini.
Menuju Pos 2 (Taman Sari Atas) jalur sedikit lebih curam dibandingkan dengan jalur Pos 1. Nampak Kawah Condrodimuko tak henti-hentinya menyemburkan asap dan bau belerang. Kawah ini diapit oleh dua buah gunung, yakni puncak Cokro Suryo dan puncak Gunung Lawu lainnya yang nampak begitu jelas di sepanjang Jalur. Mulai dari Jalur 2 ini hingga menuju puncak banyak ditumbuhi bunga Edelweis. Pada musim pendakian dan pada hari-hari besar Jawa seperti Suro, Mulud, dll. dimana banyak orang melakukan jiarah-jiarah di tempat kramat, di Pos 2 ini seringkali ramai terdapat pedagang makanan.
Dari Pos 2 Menuju Pos 3 kita akan melewati sebuah sungai kecil dan sebuah Sumber Air. Perjalanan dilanjutkan dengan menyusuri Tebing batu yang sangat indah di sisi kanan sedangkan sisi kiri berupa jurang. Jalur ini sempit menyusuri lereng yang melingkari puncak Cokro Suryo, dengan sisi Jurang Pangarip-arip yang sangat dalam. Jalur ini selain menyusuri jurang juga rawan longsor, bila turun hujan sangat licin dan dalam cuaca berkabut pendaki harus ekstra hati-hati karena jalur sering tidak kelihatan. Bangunan Pos 3 sudah rusak namun masih dapat digunakan untuk berlindung dari hujan dan angin.
Meninggalkan Pos 3 kita akan melewati salah satu tempat yang dikeramatkan masyarakat yakni sebuah sumber air yang bernama Sendang Panguripan. Sendang ini bentuknya mirip sebuah sumur dengan air yang jernih dan dingin. Pada hari-hari tertentu tempat ini sering dikunjungi para pejiarah, bunga dan sesajen lainnya sering kita jumpai di tempat ini.
Menuju Pos 4 Jalur meliuk-liuk menyusuri lereng terjal, terdapat jalan pintas yang sangat terjal dan licin bila hujan turun. Bunga Edelweis tumbuh banyak sekali dilereng-lereng sepanjang jalur ini, bermunculan diantara pohon-pohon sisa-sisa kebakaran hutan
Dari Pos 4 Menuju Pos 5 Jalur bervariasi agak mendatar, sedikit menurun, sedikit mendaki, pemandangan sangat indah akan kita saksikan di sepanjang jalur ini. Jalur berliku-liku, batuan berserakan, padang rumput, padang edelweis, batang-batang kering sisa-sisa kebakaran hutan, seolah-olah kita berada di suatu taman yang sangat aneh seperti dalam dunia komik. Beberapa puncak-puncak nampak bermunculan, puncak Cokro Suryo kelihatan begitu runcing dan sangat tegar.
Dari Pos 5 pendaki dapat langsung menuju ke Puncak Hargodumilah, Puncak Hargo Puruso, atau Puncak Hargo Tulling. Bisa juga langsung berjiarah ke makam kuno di Hargo Dalem, atau Pasar Dieng/Pasar Setan. Di sepanjang jalur ini banyak tumbuh Edelweis dan padang rumput yang terdapat dilereng-lereng gunung menuju puncak-puncak gunung.
Gunung Lawu memiliki banyak puncak, puncak tertinggi adalah Hargo Dumilah dengan ketinggian 3.265 m dpl. Di puncak ini terdapat tugu dengan prasasti, dulu prasastinya bertuliskan huruf jawa kuno. Tugu ini dilapisi dengan batu-batu kecil untuk melindungi dari coretan-coretan mereka yang mengaku dirinya "Pecinta Alam".


TEMPAT-TEMPAT KERAMAT DI GUNUNG LAWU
Nama asli gunung Lawu adalah Wukir Mahendra. Menurut legenda, gunung Lawu merupakan kerajaan pertama di pulau Jawa yang dipimpin oleh raja yang dikirim dari Khayangan karena terpana melihat keindahan alam diseputar Gn. Lawu. Sejak jaman Prabu Brawijaya V, raja Majapahit pada abad ke 15 hingga kerajaan Mataram II banyak upacara spiritual diselenggarakan di Gunung Lawu. Hingga saat ini Gunung Lawu masih mempunyai ikatan yang erat dengan Keraton Surakarta dan Keraton Yogyakarta terutama pada bulan Suro, para kerabat Keraton sering berjiarah ke tempat-tempat keramat di puncak Gn.Lawu.
Terdapat padang rumput pegunungan banjaran Festuca nubigena yang mengelilingi sebuah danau gunung di kawah tua menjelang Pos terakhir menuju puncak pada ketinggian 3.200 m dpl yang biasanya kering di musim kemarau. Konon pendaki yang mandi berendam di tempat ini, segala keinginannya dapat terkabul. Namun sebaiknya jangan coba-coba untuk mandi di puncak gunung karena airnya sangat dingin.
Rumput yang tumbuh di dasar telaga ini berwarna kuning sehingga airnya kelihatan kuning. Telaga ini diapit oleh puncak Hargo dumilah dengan puncak lainnya. Luas dasar telaga Kuning ini sekitar 4 Ha.
Terdapat sebuah mata air yang disebut Sendang Drajad, sumber air ini berupa sumur dengan garis tengah 2 meter dan memiliki kedalaman 2 meter. Meskipun berada di puncak gunung sumur ini airnya tidak pernah habis atau kering walaupun diambil terus menerus. Air sendang ini dipercaya dapat memberikan mujijat bagi orang yang meminumnya. Juga terdapat bangunan yang berupa bilik-bilik untuk mandi, karena para pejiarah disarankan untuk menyiram badannya dengan air sendang ini dalam hitungan ganjil.
Juga ada sebuah gua yang disebut Sumur Jolotundo menjelang puncak, gua ini gelap dan sangat curam turun ke bawah kurang lebih sedalam 5 meter. Gua ini dikeramatkan oleh masyarakat dan sering dipakai untuk bertapa. Sumur ini berupa lubang bergaris tengah sekitar 3 meter. Untuk turun ke dalam sumur harus menggunakan tali dan lampu senter karena gelap. Di dalam sumur terdapat pintu goa dengan garis tengah 90 cm. Konon di dalam sumur Jolotundho ini sering digunakan untuk bertapa, dan digunakan guru-guru untuk memberi wejangan/pelajaran kepada muridnya.
Terdapat sebuah bangunan di sekitar puncak Argodumilah yang disebut Hargo Dalem utuk berjiarah, disinilah tempatnya Eyang Sunan Lawu. Tempat bertahta raja terakhir Majapahit memerintah kerajaan Makhluk halus. Hargo Dalem adalah makam kuno tempak mukswa Sang Prabu Brawijaya. Pejiarah wajib melakukan pisowanan (upacara ritual) sebanyak tujuh kali untuk dapat melihat penampakan Eyang Sunan Lawu. Namun tidak jarang sebelum melakukan tujuh kali pendakian, pejiarah sudah dapat berjumpa dengan Eyang Sunan Lawu.
Di sekitar Hargo Dalem ini banyak terdapat bangunan dari seng yang dapat digunakan untuk bermalam dan berlindung dari hujan dan angin. Terdapat warung makanan dan minuman yang sangat membantu bagi pendaki dan pejiarah yang kelelahan, lapar, dan kedinginan. Inilah keunikan Gunung Lawu dengan ketinggian 3.265 mdpl, terdapat warung di dekat puncaknya.
Pasar Diyeng atau Pasar Setan, berupa prasasti batu yang berblok-blok, pasar ini hanya dapat dilihat secara gaib. Pasar Diyeng akan memberikan berkah bagi para pejiarah yang percaya. Bila berada ditempat ini kemudian secara tiba-tiba kita mendengar suara "mau beli apa dik?" maka segeralah membuang uang terserah dalam jumlah berapapun, lalu petiklah daun atau rumput seolah-olah kita berbelanja, maka sekonyong-konyong kita akan memperoleh kembalian uang dalam jumlah yang sangat banyak. Pasar Diyeng/Pasar Setan ini terletak di dekat Hargo Dalem.
Pawom Sewu terletak di dekat pos 5 Jalur Cemoro Sewu. Tempat ini berbentuk tatanan/susunan batu yang menyerupai candi. Dulunya digunakan bertapa para abdi Raja Parabu Brawijaya V.
Puncak Argodumilah pada saat tertutup awan sangat indah, kita menyaksikan beberapa puncak lainnya seperti pulau - pulau kecil yang dibatasi oleh lautan awan, kita merasa berada di atas awan-awan seperti di kahyangan. Bila udara bersih tanpa awan kita bisa melihat Samudera Indonesia. kita dapat melihat pantulan matahari di Samudera Indonesia, deburan dan riak ombak Laut Selatan sepertinya sangat dekat. Sangat jelas terlihat kota Wonogiri juga kota-kota di Jawa Timur. Tampak waduk Gajah mungkur juga telaga Sarangan.
SOLO - GUNUNG LAWU - CEMORO SEWU




MISTERI GUNUNG LAWU
Gunung Lawu bersosok angker dan menyimpan misteri dengan tiga puncak utamanya : Harga Dalem, Harga Dumilah dan Harga Dumiling yang dimitoskan sebagai tempat sakral di Tanah Jawa. Harga Dalem diyakini masyarakat setempat sebagai tempat pamoksan Prabu Bhrawijaya Pamungkas, Harga Dumiling diyakini sebagai tempat pamoksan Ki Sabdopalon, dan Harga Dumilah merupakan tempat yang penuh misteri yang sering dipergunakan sebagai ajang menjadi kemampuan olah batin dan meditasi.
Konon kabarnya gunung Lawu merupakan pusat kegiatan spiritual di Tanah Jawa dan ada hubungan dekat dengan tradisi dan budaya keraton, semisal upacara labuhan setiap bulan Sura (muharam) yang dilakukan oleh Keraton Yogyakarta. Dari visi folklore, ada kisah mitologi setempat yang menarik dan menyakinkan siapa sebenarnya penguasa gunung Lawu dan mengapa tempat itu begitu berwibawa dan berkesan angker bagi penduduk setempat atau siapa saja yang bermaksud tetirah dan mesanggarah.
Siapapun yang hendak pergi ke puncaknya bekal pengetahuan utama adalah tabu-tabu atau weweler atau peraturan-peraturan yang tertulis yakni larangan-larangan untuk tidak melakukan sesuatu, baik bersifat perbuatan maupun perkataan, dan bila pantangan itu dilanggar di pelaku diyakini bakal bernasib naas.
Cerita dimulai dari masa akhir kerajaan Majapahit (1400 M). Alkisah, pada era pasang surut kerajaan Majapahit, bertahta sebagai raja adalah Sinuwun Bumi Nata Bhrawijaya Ingkang Jumeneng kaping 5 (Pamungkas). Dua istrinya yang terkenal ialah Dara Petak putri dari daratan Tiongkok dan Dara Jingga. Dari Dara Petak lahir putra Jinbun Fatah, dari Dara Jingga lahir putra Pangeran Katong.
Jinbun Fatah setelah dewasa menghayati keyakinan yang berbeda dengan ayahandanya yang beragama Budha. Jinbun Fatah seorang muslim. Dan bersamaan dengan pudarnya Majapahit, Jinbun Fatah mendirikan Kerajaan di Glagah Wangi (Demak). Melihat situasi dan kondisi yang demikian itu , masygullah hati Sang Prabu. Akankah jaman Kerta Majapahit dapat dipertahankan?
Sebagai raja yang bijak, pada suatu malam, dia pun akhirnya bermeditasi memohon petunjuk Sang Maha Kuasa. Dan wisik pun datang, pesannya : sudah saatnya cahaya Majapahit memudar dan wahyu kedaton akan berpindah ke kerajaan yang baru tumbuh serta masuknya agama baru (Islam) memang sudah takdir dan tak bisa terelakkan lagi.Pada malam itu pulalah Sang Prabu dengan hanya disertai pemomongnya yang setia Sabdopalon diam-diam meninggalkan keraton

Gunung Penanggungan


GUNUNG PANANGGUNGAN (1.653 m dpl)

Gunung Penanggungan merupakan salah satu gunung yang terletak di perbatasan Mojokerto dan Pasuruan. Panorama gunung yang indah, dengan lereng – lereng yang nampak hijau serta terselimuti kabut merupakanpemandangan alam yang terlihat bila kita melintasi jalan menuju Surabaya dari arah Malang atau sebaliknyadan itulah yang bernama Gunung Penanggungan berada dalam daerah perlindungan KPH Pasuruan.Ketinggian Gunung Pananggungan 1.653 m dpl, dengan puncak yang terdiri atas batuan padas dan jarang tumbuh-tumbuhan. Bila kita berada di puncak pada malam hari, lampu-lampu malam yang berada di bawah menambah keindahan pemandangan Gunung Penanggungan.Pada malam hari, udara di puncak berkisar sekitar 10 – 15 derajat sedangkan pada siang hari berkisar 15 – 25 derajat. Mengingat suhu seperti ini, maka untuk lebih amannya dari gangguan udara dingin, tiupan kabut yang kencang dan hujan, para pendaki disarankan berlindungdi dalam Gua Botol yang mampu menampung sekitar 15 orang. Gua ini baru saja diketemukan. Letaknya sekitar 500 meter dari puncak Gunung Penanggungan menurun ke arah Barat. Pintu gua ini ada 2 buah. Satu lubang dari atas dapat menembus sinar matahari. Ruangan gua berbentuk L. Pintu menghadap ke Utara dan Selatan. Rongga gua berdiameter lebih kurang 2 m. Dari kaki sampai lereng bawah Gunung Penanggungan berupa hutan lindung dengan jenis tanaman rimba seperti jempurit, kluwak, ingas, kemiri, dawung, bendo, wilingo dan jabon. Di bawah tegaknya pohon-pohon raksasa ini, tumbuh tanaman seperti kunir, laos,jahe, dan bunga-bunga kecil. Lebatnya pepohonan menyebabkan udara di sini terasa lembab, sinar matahari tidak sepenuhnya menembus tanah. Sampai di lereng atas ditumbuhi caliandra, yang bercampur dengan jenis Resap, Pundung dan Sono.Caliandra merah tampak mendominasi, tumbuh lebat hampir menutup permukaan tanah, walaupun pertumbuhannya kerdil di tengah hamparan rumput / lumut. Demikian juga keadaan di puncak; hanya akar rumput / lumut yang mampu tumbuh menerobos kerasnya batuan padas Gunung Penanggungan.Keadaan medan Gunung Penanggungan tidak berbeda dengan gunung-gunung lain : datar, landai, miring, berbukit dan berjurang. Di kaki gunung, keadaan medannya landai sampai sejauh 2 km. Naik ke atas kemiringannya berkisar 30 – 40 derajat. Di bagian perut gunung agak curam, berkisar 40 – 50 derajat sepanjang 1 km. Sampai di dada gunung, banyak jurang-jurang dengan kemiringan berkisar 50 – 60 derajat; tanahnya berbatu sepanjang2 km dari dada, leher sampai puncak gunung. Medannya amat curam, berbatu, licin dan kemiringannya berkisar 60 -80 derajat sepanjang 1,5km. sampai di puncak, batu-batu padas nampak di sana-sini. Di puncak terdapat lembah, barangkali semacam kawah yang sudah tidak aktif lagi. Luasnya sekitar 4 Ha. Tempat ini biasanya dimanfaatkan untuk base camp. Tempat yang nyaman untuk menikmati keindahan pada malam hari.Untuk mencapai puncak Gunung Penanggungan terdapat 4 (empat) arah pendakian yaitu via Trawas, Jolotundo, Ngoro dan Pandaan. Bagi pendaki yang memilih start dari Desa Jolotundo dan Ngoro, di sepanjang jalan akan melewati candi-candi peninggalan purbakala. Yang memilih start dari Desa Trawas dan Pandaan hampir tidak menjumpai peninggalan purbakala.JALUR TRAWASUntuk mencapai trawas, dari Surabaya atau dari Malang naik buss menuju Pandaan, naik lagi minibus menuju keTrawas. Selama perjalanan jalan yang dilalui sudah beraspal. Dari Desa Trawas, Mojokerto, kita menuju ke desa Rondokuning (6km) dengan kendaraan roda 4 atau roda 2. Dari desa Rondokuning melewati jalan setapak hutan alam menuju ke puncak Penanggungan dengan memakan waktu 3 jam. Sepanjang jalan, pendaki akan melihat pemandangan dari celah-celah lebatnya pohon caliandra, terlihat pula puncak Gunung Bekel yang merupakan anak Gunung Penanggungan. Rumah-rumah penduduk, pabrik-pabrik, sawah-sawah terlihat di bawah. Sayang, kabut tebal sering menyelimuti pemandangan yang menakjubkan itu.Perjalanan terus menanjak. Kemiringan mencapai 40 derajat. Setelah melewati hutan caliandra, berarti perjalanan sudah mencapai punggungan Gunung Penanggungan. Pohon-pohon di sini sudah jarang. Para pendaki dapat leluasa memandang keindahan alam sekelilingnya karena pandangan mata sudah tidak terhalang lebatnya pepohonan. Bila kabut tidak turun, puncak Gunung Welirang terlihat dan sungai Brantas terlihat sangat indah dari tempat ini. Setelah sampai di puncak, terlihat batuan padas yang tertutup rumput gabutan seluas 4 Ha.JALUR JOLOTUNDROUntuk mencapai Jolotundo dari Trawas naik lagi minibus sekitar 9 km. Desa Jolotundro merupakan salah satu desa yang berada dekat dengan puncak Gunung Penanggungan (6,5 km). Pendakian tidak melewati pedesaan, tetapi langsung menyusup ke dalam hutan alam. Kemiringan medannya 40 derajat, melewati jalan setapak. Di kanan kiri terdapat pohon-pohon besar. Di sekitar sini banyak jalan setapak yang menyesatkan.Setelah perjalanan memakan waktu 1 jam, hutan alam terlewati, berganti memasuki hutan caliandra yang amat lebat dengan jalan menanjak. Berjalan sekitar 30 menit pendaki melewati Batu talang,sebuah batu yang panjangnya 7 km tanpa putus, bersumber dari leher Gunung Penanggungan yang memanjang seperti talang air menerobos hutan sampai ke Desa Jolotundo dan DesaBalekambang. Dari Batu Talang,terus menyusup hutan caliandra. Sekitar 300 m, sampailah di Candi Putri, sebuah candi peninggalan Airlangga yang berukuran 7 X 7 X 4 m dalam keadaan tidak utuh. Candi Putri ini dikelilingi oleh hutan caliandra yang sangat lebat.Dari Candi Putri, sekitar 200 m sampaikan di candi Pure, yaitu sebuah candi yang berukuran 7 X 6 X 2 m terbuat dari batu andesit. Dari candi Pure, sekitar 150 m sampai di Candi Gentong. Disini terdapat meja. Candi Gentong dan meja sebenarnya bukan candi, tetapi menurut masyarakat setempat dinamakan candi. Candi Gentong merupakan peninggalan kuno yang terbuat dari batu kali. Posisinya bersebelahan. Gentong terletak di sebelah Utara, meja terletak di sebelah selatan tetapi dalam 1 lokasi. Gentong berdiameter 40 cm bagian mulut dan 90 cm bagian perut, tebal 15 cm. Setengah badannya terpendam di dalam tanah. Sedangkan meja panjang 175 cm, lebar 100 cm dan tinggi 125 cm.Setelah melewati Candi Gentong, perjalanan dilanjutkan menyusur ke atas. Lebih kurang berjalan 500 m sampai ke Candi Shinto. Keadaan candi sanget memprihatinkan, panjang 6 m, lebar 6 m, tinggi 3 m, terletak di hutan wilayah RPH Seloliman. Setelah melewati hutan kurang lebih 300 m akan ditemui candi lagi, yaitu Candi Carik dan sekitar 300m Candi Lurah. Dan sampailah di puncak.JALUR NGOROUntuk mencapai Ngoro bisa dari arah Pandaan atau arah Mojokerto . Dari arah Pandaan naik minibus jurusan Ngoro sedangkan dari arah Mojokerto naik minibus menuju arah Ngoro. Desa Ngoro lebih mudah dicapai lewat Mojokerto karena terletak di tikungan jalan jurusan antara Japanan, Mojosari, Kabupaten Mojokerto; persisnya di kaki Gunung Penanggungan sebelah Utara. Dari Desa Ngoro kita menuju ke desa Jedong (6 km) dengan kendaraan angkutan pedesaan lalu perjalanan diteruskan menuju dusun Genting sekitar 3 km. Masyarakat Desa Genting sebagian besar penduduknya suku Madura.Dari dusun Genting, pendaki naik ke atas memasuki hutan lindung, melewati jalan setapak menyusur ke atas, kemudian menurun dan melewati Candi Wayang dan sekitar 2 km menuju puncak dengan medan yang sangat miring 70 – 80 derajat. Jalur lewat desa Ngoro ini lebih sulit dibandingkan dengan jalur Jolotundo.JALUR PANDAANUntuk mencapai Pandaan sangat mudah karena terletak di jalan yang dilintasi Bis Malang–Surabaya. Dari Pandaan kita dapat langsung menuju kaki gunung Penanggungan dan langsung dapat memulai pendakian.PUSAT PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUPBila waktu memungkinkan, sempatkanlah mengunjungi Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup yang terletak di Trawas. Satu kelebihan di pusat Pendidikan pertama di Indonesia ini adalah lokasi. Lokasinya yang sangat strategis dan nyaman, membuat kegiatan belajar mengenal alam dan lingkungan serasa berekreasi. Pusat Pendidikan lingkungan Hidup (PPLH) yang terletak di Desa Seloliman, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto Jawa Timur ini diresmikan pada tanggal 15 Mei 1990. Dari Surabaya sekitar 50 km, memakan waktu 1,5 jam perjalanan. Bila lewat rute selatan, jauh lebih singkat yaitu 1 jam saja. Rutenya, Surabaya – Japanan – lewat Desa Ngoro langsung Seloliman, tanpa lewat Trawas. Bisa juga leawt rute favorit supir–supir mobil carteran, yaitu Pandaan – Prigen – Trawas.Bila lewat jalur utara, dengan kendaraan umun (bus) jurusan Malang. Sampai Pandaan, ganti naik angkutan umun ke Trawas. Dari Trawas, bias naek ojek atau carter kendaraan umum. Ongkos keseluruhannya tak sampai 10.000 rupiah. Tapi bila naik taksi ongkosnya juah lebih mahal, yaitu sekitar 50.000 rupiah.Dari Trawas, kita naik lagi ke Desa Seloliman, sekitar 8 km. Pemandangan sepanjang jalan berubah, berupa hutan jati dan sedikit sawah padi. Di antara pohon-pohon jati terselip pepohonan petai dengan buah bergelantungan. Tak jauh dari persimpangan jalan menuju Desa Seloliman dan Jolotundo,di situlah lokasi PPLH terletakGebang PPLH berhias perdu merambat dengan bunga yang merah berumbai-rumbai menyambut. Begitu masuk, rasanya kita sedang berada di pesanggrahan modern. Kira-kira 200 m dari gerbang, berdiri semacam pendopo mungil, dilengkapi dengan kursi-kursi kayu. Di sebelah kana nada bangunan lagi bertembok putih dengan kayu-kayu coklat tua.Gedung bertingkat 2 tersebut terbagi menjadi 2 bagian yang dipergunakan sebagai kantor PPLH, perpustakaan. Laboratorium mini, dan yang terbesar terletak di lantai 2 adalah semacam aula terbuka, tempat untuk seminar, berdiskusi, menonton film dan slide.Di bagian lain, berdiri pula bangunan bertingkat yang merupakan restoran. Beberapa meter dari 2 bangunan induk ini terdapat 4 bungalow dengan bentuk bangunan yang senada.Di utara, sejajar dengan gerbang masuk, berdiri sebuah asrama bertingkat di bagian Barat dan sebuah bungalow di bagian Timur. Bungalow ini unik karena merupakan perpaduan antara arsitek Jawa, Jepang dan Eropa. Bungalow itu terbuka, baik ruang tamu, kamar makan, kamar tidur dan kamar mandinya. Dikelilingi oleh kolam ikan dan bunga-bungaan, duduk pun bias di kursi kayu model antik bisa pula lesehan. Walaupun terbuka, bungalow ini terlindung dari pandangan luar karena dikelilingi oleh tembok batu. Jadi terbuka tapi bersifat prbadi. Bungalow yang satu ini memang berbeda dengan 4 yang lain tadi. Yang ini dikhususkan bagi para penceramah atau peneliti yang berkunjung ke PPLH. Di tempat yang tenang ini, mereka di harapkan tak terganggu ketika menyusun berkas-berkas seminar dan penelitian. Bila tak dipakai, tamu atau turis umum bisa menginap di bungalow yang indah ini.Kamar mandi di PPLH ini pun unik. Terbuka dan hanya terlindung tembok batu, jadi sambil mandi kita bisamemandang hutan tropis di sekitar dan burung-burung yang berterbangan di udara. Ingin mandi air panas. Ada juga. Pemanasan air di PPLH ini memakai sistem pemanas matahari. Secara umum, bungalow di PPLH juga unik. Kecil tapi kompak. Tempat tidurnya 2 macam, 2 single dan 1 dobel. Cukup ditempai 1 keluarga atau 4 orang. Jendelanya di sudut sudut rumah. Bila dibuka, kita bisa melayangkan pandangan ke segala penjuru dan menikmati pemandangan sekitarnya. Tarif sewanya relatif murah, Rp 50.000 semalam. Untuk makanan dan minuman tresedia di restoran.Kegiatan yang bisa dilakukan di PPLH banyak sekali. Program kegiatan atau program liburan disusun oleh PPLH dan ditawarakan kepada siapapun yang berminat. Ada Wisata Alam, yaitu rekreasi sambil memahami lingkungan hidup. Acaranya mengunjungi obyek-obyek wisata di kecamatan Trawas. Sambil berwisata, pemandu dari PPLH menerangkan dampak pariwisata terhadap lingkungan. Paket lain adalah Lintas Alam. Paket ini ada 2 macam. Yang pertama, kita diajak berjalan-jalan masuk hutan menyusuri sungai kecil sambil menikmati kesejukan alam dan kicauan burung. Rute Lintas Alam mini hanya setengah KM, karena memang disediakan bagi kalangan yang sekedar ingin tahu dalamnya hutan. Sedangkan rute kedua, agak jauh sedikit, sekitar 1 km. Rutenya sama dengan rute pertama, tapi dilanjutkan hingga ke pemandian Jolotundo. Paket lain Pengamatan Mamalia. Ini juga menyangkut isi hutan, tapi khusus mengamati binatang menyusui. Ada juga Pengamatan Burung, Pengamatan Serangga, Pengamatan Tumbuh-tumbuhan, sampai Landscaping. Lewat pake Landscaping ini, kepada kita diajarkan pengertian tentang prinsip-prinsip arsitektur pertamanan yang mengacu pada wawasan ekologis. Paket lain yang tak kalah menariknya adalah karang Gizi. Paket ini ada hubungannya dengan kesejahteraan keluarga, yang dititikberatkan pada bagaimana memanfaatkan tanaman atau ternak sebagai bahan pemenuhan gizi keluarga.

Gunung Semeru



Gunung Mahameru 3676 m

Gunung Mahameru juga dikenal dengan nama Gunung Semeru. Akan tetapi highcamp sengaja menyebutnya dengan Gunung Mahameru oleh karena masih ada gunung lain yang bernama Gunung Semeru, yang berada di timur pulau jawa didekat gunung Argopuro. Mahameru merupakan gunung yang tertinggi dipulau jawa dan gunung berapi yang kedua tertinggi di Indonesia degan ketinggian 3676m dpl dan merupakan salah satu gunung berapi yang paling aktif.

Setiap lebih kurang 20 menit sekali kawahnya mengeluarkan abu vulkanik berwarna hitam dan pasir. Posisi gunung ini terletak diantara wilayah administrasi Kabupaten Malang dan Lumajang, dengan posisi geografis antara 8°06' LS dan 120°55' BT.

Dilihat dari kejauhan Mahameru menunjukan bentuk kerucut yang sempurna, tetapi saat berada dipuncak gunung tersebut berbentuk kubah yang luas dengan medan beralun disetiap tebingnya. Kawah Jongring Saloka, demikian nama kawahnya ini pada tahun 1914 dan tahun 1946 diisi suatu kubah kawah. Disebelah selatan, kubah ini mendobrak tepi kawah menyebabkan aliran lava kebagian selatan daerah Pasirian, Candiputro dan Lumajang.

Gunung Mahameru adalah bagian termuda dari pegunungan Jambangan tetapi telah berkembang menjadi strato-vulkano luas yang terpisah. Aktivitas material vulkanik yang dikeluarkan meliputi:
ü Letusan abu, lava blok tua dan bom lava muda
ü Material lahar vulkanik bercampur dengan air hujan atau air sungai.
ü Letusan bagian kerucut yang menyebabkan longsoran.
ü Pertunbuhan lamban/beransur dari butiran lava dan beberapa kali guguran lahar panas.
ü Seperti pada umumnya ditempat tinggi lainnya, daerah sepanjang rute perjalanan dari mulai Ranupane (2.200m dpl) sampai puncak Mahameru mempunyai suhu relatif dingin. Suhu rata-rata berkisar antara 3°c - 8°c pada malam dan dini hari, sedangkan pada siang hari berkisar antara 15°c - 21°c. Kadang-kadang pada beberapa daerah terjadi hujan salju kecil yang terjadi pada saat perubahan musim hujan ke musim kemarau atau sebaliknya. Suhu yang dingin disepanjang rute perjalanan ini bukan semata-mata disebabkan oleh udara diam tetapi didukung oleh kencangnya angin yang berhembus ke daerah ini menyebabkan udara semakin dingin.
ü Orang pertama yang mendaki gunung ini adalah CLIGNET (1838) seorang ahli geologi berkebangsaan Belanda dari sebelah barat daya lewat Widodaren., selanjutnya Junhuhn (1945) seorang ahli botani berkebangsaan Belanda dari utara lewat gunung Ayet-ayek, gunung Inder-inder dan gunung Kepolo.
ü Tahun 1911 Van Gogh dan Heim lewat lereng utara dan setelah 1945 umumnya pendakian dilakukan lewat lereng utara melalui Ranupane dan Ranu Kumbolo seperti sekarang ini.

Rute pendakian ke gunung Mahameru yang paling mudah dicapai adalah dari kota Malang, kota ini bisa dicapai dari Jakarta dengan menggunakan bis ataupun kereta api. kemudian dilanjutkan dengan naik angkot (dengan kode TA) menuju Tumpang, dan perjalanan dilanjutkan ke desa Ranu Pane dengan menumpang kendaraan Jeep atau truk sayur yang memang akan menuju desa Ranu Pane. Biasanya pendaki menggunakan Jeep baik perorangan maupun carteran. Tetapi Jeep ini hanya sampai jam 12.00 siang, jadi jangan sampai ketinggalan. Waktu tempuh perjalanan menuju gunung Mahameru dari Malang sebagai berikut:
ü Terminal Tumpang
ü Malang - Tumpang 18 km 45 menit
ü Tumpang - Ranupane 30 km 180 menit
ü Ranupane - Waturejeng 5 km 90 menit
ü Waturejeng - Ranukumbolo 5 km 90 menit
ü Ranukumbolo - Kali Mati 4,9 km 180 menit
ü Kali Mati - Arcopodo 1,5 km 120 menit
ü Arcopodo - Puncak Mahameru 1,5 km 3-4 Jam

Banyak pendaki yang mengambil tahapan pendakian sebagai berikut.
ü Malang - Tumpang - Ranu Pane (menginap di Ranu Pane)
ü Ranu Pane - Ranu Kumbolo ( menginap di Ranu Kumbolo)
ü Ranu Kumbolo - Kalimati ( menginap di Kalimati)
ü Kalimati - Puncak - Kalimati - Ranukumbolo (Setelah dari puncak makan siang di Kalimati dan bermalam di Ranu Kumbolo)
ü Ranu Kumbolo - Ranu Pane (menginap di Ranu Pane)
ü Ranu Pane - Tumpang - Malang

Waktu pendakian gunung Mahameru sebaiknya dilakukan pada musim kemarau, sekitar bulan Juni, Juli, Agustus dan September. Sedangkan bulan-bulan Januari dan Februari terjadi musim penghujan sering terjadi badai basah dan tanah longsor.

Setiap pendaki yang akan mendaki Mahameru harus mendaftar terlebih dahulu kantor sub seksi area konservasi di desa Gubukklakah. Rencana dan rute pendakian harus dilaporkan di pos ini. Dan paling sedikit satu grup pendakian terdiri dari tiga orang.

Biaya masuk sudah termasuk asuransi kecelakaan.

Sebelum memulai pendakian di Ranu Pane, para pendaki harus melapor ulang di pos petugas kehutanan di Ranu Pane dan melaporkan setiap perlengkapan dan logistik yang dibawa.

Di jalan setapak gunung para pendaki harus tetap berjalan dijalan setapak yang sudah ada, dilrang keras memotong jalan setapak.

Untuk kelompok pendakian yang kurang dari lima orang dan tidak ada satupun yang pernah mendaki, sangat dianjurkan untuk menyewa penunjuk jalan.

Dilarang keras membuang sampah sembarangan dan setiap sampah yang dihasilkan harus dibawa turun kembali. Jangan meninggalkannya di lokasi menginap atau dijalan setapak.

Aturan di puncak Mahameru.
ü Dilarang keras mendekati kawa Jongring Seloka karena bahaya dari gas beracun dan abu panas.

ü Lebih baik mendaki kepuncak dimulai waktu dini hari, karena di siang hari angin berhembus ke arah utara dan menyapu gas beracun kearah rute pendakian.
ü Limit waktu berada di puncak adalah sampai jam 10.00 am. setelah itu harus turun. karena arah angin sudah mulai berhembus ke arah utara.
ü Sub section area for West Semeru Conservation
Jalan Wringinanom Gubugklakah Telp.(0341)787972 Wringinanom - Poncokusumo - Malang Jawa Timur
ü Semua pendaki harus mendaftar dulu disini sebelum mendaki Mahameru
ü Pos Ranger kehutanan di Ranupane. Setiap pendaki harus lapor.

Ranupane
Ranu Pane adalah nama sebuah desa dan danau yang terletak dikaki gunung Mahameru, terletak pada ketinggian 2.000m dpl, merupakan desa terakhir dengan perjalanan kendaraan bermotor. Didesa ini terdapat pos pemeriksaan pendaki gunung dan fasilitas yang ada berupa; pondok pendakian, pondok penelitian, pusat informasi, kantor resort, wisma cinta alam, wisma tamu dan bangunan pengelola. Selain danau Ranu Pane ada lagi danau lain dibalik bukit kecil yaitu danau Ranu Regulo.

Ranukumbolo
Daerah ini berjarak kira-kira 10Km dari Ranu Pane, berada pada ketinggian 2.390m dpl, merupakan lembah yang berdanau yang luasnya 12 Ha. Daerah ini merupakan tempat peristirahatan yang memiliki pemandanangan dan ekosistem dataran tinggi asli. Panorama alam di pagi hari akan lebih menakjubkan berupa sinar matahari yang terbit dari celah-celah bukit menunjukan warna-warni yang membuat disekitar danau berwarna kemerah-merahan dan kekuningan, ditambah uap air diatas danau seakan-akan keluar dari danau tersebut. Fasilitas yang ada ditempat ini berupa Pondok Pendaki dan MCK untuk istirahat dan memasak serta berkemah. Didaerah ini terdapat prasasti peninggalan jaman purbakala dan diduga merupakan peninggalan kerajaan Majapahit.

Savana Pangonan Cilik
Pagonan Cilik merupakan sebuah nama untuk kawasan padang rumput yang terletak di lembah gunung Ayek-ayek yang letaknya tidak jauh dari Ranu Kumbolo. Asal usul nama tersebut oleh masyarakat setempat dikarenakan kawasan ini mirip dengan padang penggembalaan ternak (Pangonan). Daya tarik kawasan ini merupakan lapangan yang relatif datar ditengah-tengah kawasan yang sekitarnya dengan konfigurasi berbukit-bukit gundul yang bercirikan rumput sebagai type ekosistem asli, sehingga membuat daya tarik tersendiri untuk dikunjungi.

Savana Oro Ombo
Daerah ini merupakan padang rumput yang luasnya lebih kurang 100 Ha berada disebuah lembah yang dikelilingi oleh bukit-bukit gundul dengan type ekosistem asli tumbuhan rumput, lokasi berada dibagian atas dari tebing yang bersatu mengelilingi Ranu Kumbolo. Padang rumput ini mirip dengan sebuah mangkuk dengan hamparan rumput yang berwarna kekuningan, kadang-kadang pada beberapa tempat terendam air hujan.

Cemoro Kandang
Kelompok hutan Cemoro Kandang termasuk dalam gugusan Gunung Kepolo (3.095m dpl), Merupakan hutan yang ditumbuhi pohon Cemara yang jarang dan tumbuhan paku-pakuan. Jalur pendakian melewati daerah ini dengan topografi relatif datar, terletak disebelah selatan dari Pandang Rumput Oro Ombo.

Savana Jambangan
Daerah padang rumput ini terletak diatas 3.200m dpl, merupakan padang rumput yang diselangi oleh tumbuhan cemara, mentingidan bunga edelweiss. Topografi relatif lebih datar pada jalur pendakian ini, beberapa tempat yang teduh menampakan sebagai tempat istirahat yang ideal untuk menikmati udara yang sejuk. Dari tempat ini terlihat gunung Mahameru secara jelas menjulang tinggi dengan kepulan asap menjulang ke angkasa serta guratan/alur lahar pada seluruh tebing puncak yang mengelilinginya berwarna perak, ditempat inilah para pendaki maupun fotografer sering mengabadikan atraksi keunikan dan gejala alam gunung api yang selalu mengeluarkan asap dan debu, merupakan suatu panorama alam yang menakjubkan.

Kalimati
Nama tempat ini berasal dari nama sebuah sungai/kali yang tidak berair dan terdapatnya aliran di sungai tersebut kecuali dimusim hujan yang menyatu dengan alairan lahar Gunung Mahameru. Daerah ini merupakan daerah padang rumput dengan tumbuhan semak dan hamparan edelweiss seluas lebih kurang 20 Ha, dikelilingi oleh kelompok hutan alam dan bukit-bukit rendah. Kalimati merupakan tempat berkemah para pendaki sbelum melakukan pendakian ke Gunung Mahameru. Fasilitas didaerah ini terdapat pondok pendaki dan kebutuhan air untuk memasak bisa diambil dari sunber mata air yang dikenal dengan Sumber Mani. Banyak para pendaki melakukan start pendakian ke puncak dari daerah ini sekitar jam 02.00 dini hari dengan perkiraan sampai di puncak sekitar pukul 06.00 pagi hari.

Puncak Mahameru.
Panorama dari puncak tertinggi di pulau Jawa ini sangat indah untuk dinikmati. terlihat beberapa puncak pegunuingan di Jawa Timur, garis pesisir pantai Samudera Hindia, kota-kota besar serta matahari terbit di ufuk timur. Selain itu tentu saja ciri khas Mahameru yaitu letupan debu dan kerikil yang selalu muncul setiap 20 menit sekali. Menakjubkan!


Sumber informasi :http://www.highcamp.web.id/file/mahameru/index.htm

Perlengakapn dasar pendakian

A. Perlengkapan Jalan (untuk medan gunung hutan)
  1. SepatuMempunyai kegunaan sesuai dengan kebutuhan perjalanan. Sesuai dengan bentuk dan ukuran kaki Harus kuat untuk pemakaian yang berat Untuk medan gunung hutan diperlukan sepatu :Melindungi telapak kaki sampai mata kaki Kulit tebal, tidak mudah sobek Lunak bagian dalam, masih memberikan ruang bagi gerak kaki Keras bagian depannya, untuk melindungi jari kaki (tidak dianjurkan memakai sepatu pekerja tambang, yang bagian depan sepatu sangat keras karena dilapisi dengan besi, selain berat juga akan merusak jari kaki jika ada perubahan suhu)Bentuk sol bawahnya harus dapat menggigit tanah ke segala arah dan cukup kuat. Ada lubang ventilasi, yang bersekat halus sehingga air dan udara lewat untuk pernafasan kulit telapak kaki.
  2. Kaus KakiYang perlu diperhatikan : menyerap keringat. Gunanya :Melindungi kulit kaki dari pergesekan dengan kulit sepatu. Menjaga agar kulit kita tetap dapat bernafas. Menjaga agar kaki tetap hangat pada daerah yang dingin.
  3. Celana JalanYang perlu diperhatikan :Kuat, lembut Ringan Tidak mengganggu gerakan kaki, jahitannya cukup longgar Praktis Terbuat dari bahan yang menyerap keringat Mudah kering, bila basah tidak menambah beratBahan celana yang terbuat dari katun cukup baik, tidak terlalu tebal, tahan duri, mudah kering.
  4. Baju JalanYang perlu diperhatikan :Melindungi tubuh dari kondisi seikitar Kuat Ringan Tidak mengganggu pergerakan Terbuat dari bahan yang menyerap keringat Praktis Mudah kering
  5. Topi LapanganYang perlu diperhatikan :Melindungi kepala dari kemungkinan akibat duri Melindungi kepala dari hujan, terutama kepala bagian belakang. Harus kuat dan tidak mudah robek, untuk medan gunung hutan dianjurkan memakai topi rimba atau semacam topi Jepang.
  6. Ikat PinggangPilihlah yang terbuat dari bahan yang kuat, dengan kepala yang tidak terlalu besar tetapi teguh. Selain menjaga agar celana tidak kendur, juga untuk meletakan alat-alat yang perlu cepat dijangkau seperti pisau pinggang, tempat air minum, tempat alat-alat P3K, dll.
  7. Ransel / CarrierRingan, Sejauh mungkin tidak merupakan tambahan beban yang berlebihan, terbuat dari bahan yang water proof.Kuat, harus mampu membawa beban dengan aman, berdaya tahan tinggi, tidak mudah robek, jahitannya tidak mudah lepas, zippernya cukup kokoh, dsb.Nyaman dipakai, dianjurkan agar memakai ransel yang mempunyai rangka, agar berat beban merata dan seimbang. Selain itu juga membuat kenyamanan karena adanya ventilasi antara tubuh/punggung dengan ransel.Praktis, kantung-kantung tambahan serta pembagian ruangan akan memudahkan untuk mengambil barang-barang tertentu.
  8. Peralatan navigasi- Kompas, peta, penggaris segitiga, busur derajat, pensil, dll.
  9. Lampu SenterDengan bola lampu dan baterai cadangan
  10. Peluit
  11. PisauPisau saku serbaguna (multi blade) seperti Victorinox Pisau pinggang Golok tebas

B. Peralatan Tidur

  1. Satu set pakaian tidur Kaus kaki untuk tidur Sleeping bag Matras Tenda/ponco/flysheet untuk bivak

C. Perlengkapan Masak dan MakanAlat-alat makan Alat pembuat api (lilin, spirtus, dll) Kantung air / tempat air

Menyusun perlengkapan kedalam Ransel/carrier (Packing)Nyaman, efisien, selain secara langsung ditentukan oleh desain ransel, juga banyak dipengaruhi cara menyusun barang (packing) kedalam ransel.

Tempatkanlah barang-barang yang lebih berat setinggi dan sedekat mungkin dengan badan. Barang-barang yang relatif lebih ringan (sleeping bag, pakaian tidur) ditempatkan dibagian bawah.

Letakkan barang yang sewaktu-waktu diperlukan diletakkan dibagian atas atau diletakkan dikantung-kantung luar ransel (ponco, P3K, kamera, dll).

Kelompokan barang-barang dan masukkan kedalam kantung-kantung plastik yang tidak tembus air, terutama pakaian tidur / cadangan, pakaian dalam, buku-buku, dll.

Perencanaan PerbekalanDalam perencanaan perjalanan, perencanaan perbekalan merupakan salah satu hal yang perlu mendapat perhatian khusus.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan :

Lamanya perjalanan yang akan dilakukan Aktifitas apa saja yang akan dilakukan Keadaaan medan yang akan dihadapi (terjal, sering hujan, dsb) Sehubungan dengan keadaan diatas, ada beberapa syarat yang harus diperhatikan dalam merencanakan perjalanan:

a. Cukup mengandung kalori dan mempunyai komposisi gizi yang memadai.

b. Terlindung dari kerusakan, tahan lama, dan mudah menanganinya.

c. Sebaiknya makanan yang siap saji atau tidak perlu dimasak terlalu lama, irit air dan bahan bakar.

d. Ringan, mudah didapate. Murah

Untuk dapat merencanakan komposisi bahan makanan agar sesuai dengan syarat-syarat diatas, kita dapat mengkajinya dengan langkah-langkah berikut :Dengan informasi yang cukup lengkap, perkirakan kondisi medan, aktifitas tubuh yang perlukan, dan lamanya waktu. Perhitungkan jumlah kalori yang diperlukan.Susun daftar makanan yang memenuhi syarat diatas, kemudian kelompokan menurut komposisi dominan. Hidrat arang, ptotein, lemak, hitung masing-masing kalori totalnya (setelah siap dimakan).Perhitungan untuk vitamin dan mineral dapat dilakukan terakhir, dan apabila ada kekurangan dapat ditambah tablet vitamin dan mineral secukupnya.

Catatan :

Kandungan kalori : hidrat arang 4 kal/gr lemak 9 kal/gr protein 4 kal/gr Kalori paling cepat didapat dari : 1. Hidrat arang2. lemak3. proteinKebutuhan kalori per 100 pounds berat badan (sekitar 45 kg)1 Metabolisme basal 1100 kalori 2 Aktifitas tubuh : Jalan Kaki 2 mil/jam 45 kal/jam 3 mil/jam 90 kal/jam 4 mil/jam 160 kal/jam Memotong kayu/tebas 260 kal/jam Makan 20 kal/jam Duduk (diam) 20 kal/jam Bongkar pasang ransel, buat camp 50 kal/jam Menggigil 220 kal/jam 3 Aktifitas dinamis khusus = 6 - 8 % dari 1 dan 2 4 Total kalori yang dibutuhkan = 1 + 2 + 3 Jenis Bahan Makanan dan Macam MakananSumber kalori dari hidrat arang tiap 100 gramBeras giling 360 kal Nasi 178 kal Havermout 390 kal Kentang 90 kal Singkong 140 kal Macaroni 363 kal Maizena 343 kal Roti 248 kal Tape singkong 173 kal Gaplek 363 kal Biskuit 458 kal Sagu 353 kal Terigu 365 kal Ubi 123 kal Gula pasir 364 kal Gula aren 368 kal Madu 294 kal Coklat pahit 504 kal Coklat manis 472 kal Coklat susu 381 kal Sumber Protein (tiap 100 gram)Tempe 119 kla Kacang tanah rebus dengan kulit 360 kal Telur ayam 162 kal Telur bebek 189 kal Sumber protein dan lemak (tiap 100 gram)Corned 241 kal Daging asap 191 kal Dendeng 433 kal Sardens 338 kal Menu makanan satu hari :Mie 1.5 gelas 335 kal Susu kental manis ½ gelas 336 kal Dodol ½ ons 200 kal Coklat 1 ons 472 kal Nasi 2 ons 360 kal Roti 1 ons 248 kal Biscuit 1 ons 458 kal Corned ½ ons 120 kal Dendeng 1 ons 433 kal TOTAL 2962 kal

My Blog List

Radithya Bintang Peterson

Radithya Bintang Peterson
Terlahir 1 April 2002 di Rumah Sakit Anissa Cikarang Bekasi, dengan berat 36 kg, panjang 50 cm, yang punya arti Anak yang menjadi Matahari Bintang dan Bulan yang menerangi sekitarnya

Andrew Gerrethz Peterson

Andrew Gerrethz Peterson
Terlahir 3 Oktober 2003 di Rumah Sakit Hosana medika Lippo Cikarang Bekasi, yang mempunyai Arti Anak lelaki yang dinantikan untuk menjadi pemimpin besar dan bercahaya seperti Bulan dimalam gelap untuk sekitarnya