Kids

Kids

Welcome to my stories..

Sweet, hate, crying, laugh, smile... angry..
Just tell me...
Love just for everybody who love each other

Inspiring me very much

Hidup ini adalah serangkaian masalah : Bila saat ini kita sedang bergumul dengan sebuah masalah, sebenarnya kita baru saja keluar dari suatu masalah, atau kita sedang bersiap bertemu masalah yang baru. Allah lebih tertarik membuat hidup kita Kudus ketimbang membuat hidup kita bahagia

Friday, August 01, 2008

WHY TO MOVE

POstingan iek... terinspirasi dari emailnya Felix Amando Hadisaputra


WHY TO MOVE

Mengapa karyawan meningggalkan perusahaan (atau paling tidak sering
ngedumel)? Berikut ini petikan dari bukunya Haris Priyatna yang
berjudul Azim Premji, "Bill Gates" dari India (terbitan Mizania 2007).
Azim Premji adalah milyuner muslim dari India yang telah menyulap
Wipro, dari sebuah perusahaan minyak goreng menjadi konglomerasi
perusahaan dengan salah satunya adalah Wipro Technologies yang
merupakan ikon kebangkitan industri teknologi informasi di India. Dia
urutan ke-21 orang terkaya di dunia versi Forbes 2007. Azim dikenal
sebagai milyuner yang bergaya hidup sederhana.
Berikut ini pandangan Premji tentang mengapa karyawan betah dan tidak
betah dengan perusahaan. Wipro sendiri memiliki tinkat turn-over
(kepindahan) karyawan yang sangat rendah, padahal gajinya tidak lebih
tinggi dibandingkan perusahaan sejenis seperti Infosys dan TCS.

Mengapa KARYAWAN meninggalkan perusahaan?
Banyak perusahaan yang mengalami persoalan tingginya tingkat
pergantian karyawan. Betapa orang mudah keluar-masuk perusahaan itu.
Orang meninggalkan perusahaan untuk gaji yang lebih besar, karier yang
lebih menjanjikan, lingkungan kerja yang lebih nyaman, atau sekedar
alasan pribadi. Tulisan ini mencoba menjelaskan persoalan ini.
Belum lama ini, Sanjay, seorang teman lama yang merupakan desainer
software senior, mendapatkan tawaran dari sebuah perusahaan
internasional prestisius untuk bekerja di cabang operasinya di India
sebagai pengembang software. Dia tergetar oleh tawaran itu. Sanjay
telah mendengar banyak tentang CEO perusahaan ini, pria karismatik
yang sering dikutip di berita-berita bisnis karena sikap visionernya.
Gajinya hebat. Perusahaan itu memiliki kebijakan SDM ramah karyawan
yang bagus, kantor yang masih baru, dan teknologi mutakhir, bahkan
sebuah kantin yang menyediakan makanan lezat.
Sanjay segera menerima tawaran itu. Dua kali dia dikirim ke luar
negeri untuk pelatihan. "Saya sekarang menguasai pengetahuan yang
paling baru", katanya tak lama setelah bergabung.
Ini betul-betul pekerjaan yang hebat dengan teknologi mutakhir.
Ternyata, kurang dari delapan bulan setelah dia bergabung, Sanjay keluar dari pekerjaan itu.
Dia tidak punya tawaran lain di tangannya, tetapi dia mengatakan tidakbisa bekerja di sana lagi.
Beberapa orang lain di departemennya pun berhenti baru-baru ini.
Sang CEO pusing terhadap tingginya tingkat pergantian karyawan.
Dia pusing akan uang yang dia habiskan dalam melatih mereka.
Dia bingung karena tidak tahu apa yang terjadi.
Mengapa karyawan berbakat ini pergi walaupun gajinya besar ?
Sanjay berhenti untuk satu alasan yang sama yang mendorong banyak orang berbakat pergi.
Jawabannya terletak pada salah satu penelitian terbesar yang dilakukan oleh Gallup Organization.
Penelitian ini menyurvei lebih dari satu juta karyawan dan delapan puluh ribu manajer, lalu dipublikasikan dalam sebuah buku berjudul First Break All the Rules.

Penemuannya adalah sebagai berikut:
Jika orang-orang yang bagus meninggalkan perusahaan, lihatlah atasan
langsung/tertinggi di departemen mereka.
Lebih dari alasan apapun, dia adalah alasan orang bertahan dan berkembang dalam organisasi.
Dan dia adalah alasan mengapa mereka berhenti, membawa pengetahuan, pengalaman, dan relasi bersama mereka.
Biasanya langsung ke pesaing. Orang meninggalkan manajer/direktur anda, bukan perusahaan, tulis
Marcus Buckingham dan Curt Hoffman penulis buku First Break All the Rules.
Begitu banyak uang yang telah dibuang untuk menjawab tantangan mempertahankan orang yang bagus - dalam bentuk gaji yang lebih besar, fasilitas dan pelatihan yang lebih baik. Namun, pada akhirnya,
penyebab kebanyakan orang keluar adalah manajer.
Kalau Anda punya masalah pergantian karyawan yang tinggi, lihatlah para manajer/direktur Anda terlebih dahulu. Apakah mereka membuat orang-orang pergi? Dari satu sisi, kebutuhan utama seorang karyawan
tidak terlalu terkait dengan uang, dan lebih terkait dengan bagaimana dia diperlakukan dan dihargai. Kebanyakan hal ini bergantung langsung dengan manajer di atasnya.

Uniknya, bos yang buruk tampaknya selalu dialami oleh orang-orang yang bagus.
Sebuah survei majalah Fortune beberapa tahun lalu menemukan
bahwa hampir 75 persen karyawan telah menderita di tangan para atasan
yang sulit.
Dari semua penyebab stres di tempat kerja, bos yang buruk kemungkinan yang paling parah.
Hal ini langsung berdampak pada kesehatan emosional dan produktivitas karyawan.
Pakar SDM menyatakan bahwa dari semua bentuk tekanan, karyawan menganggap penghinaan di depan umum adalah hal yang paling tidak bisa diterima.
Pada kesempatan pertama, seorang karyawan mungkin tidak pergi, tetapi pikiran untuk melakukannya telah
tertanam. Pada saat yang kedua, pikiran itu diperkuat.
Saat yang ketiga kalinya, dia mulai mencari pekerjaan yang lain.
Ketika orang tidak bisa membalas kemarahan secara terbuka, mereka melakukannya dengan serangan pasif, seperti: dengan membandel dan memperlambat kerja, dengan melakukan apa yang diperintahkan saja dan tidak memberi lebih, juga dengan tidak menyampaikan informasi yang krusial kepada sang bos.
Seorang pakar manajemen mengatakan, jika Anda bekerja untuk atasan yang tidak menyenangkan, Anda biasanya ingin membuat dia mendapat masalah.
Anda tidak mencurahkan hati dan jiwa di pekerjaan itu.
Para manajer bisa membuat karyawan stres dengan cara yang berbeda-beda:
dengan terlalu mengontrol, terlalu curiga, terlalu mencampuri, sok tahu, juga terlalu mengecam.
Mereka lupa bahwa para pekerja bukanlah aset tetap, mereka adalah agen bebas.
Jika hal ini berlangsung terlalu lama, seorang karyawan akan berhenti - biasanya karena masalah yang
tampak remeh. Bukan pukulan ke-100 yang merobohkan seorang yang baik, melainkan 99 pukulan sebelumnya. Dan meskipun benar bahwa orang meninggalkan pekerjaan karena berbagai alasan, untuk kesempatan yang
lebih baik atau alasan khusus, mereka yang keluar itu sebetulnya bisa saja bertahan, kalau bukan karena satu orang yang mengatakan kepada mereka, seperti yang dilakukan bos Sanjay: Kamu tidak penting. Saya
bisa mencari puluhan orang seperti kamu.
Meskipun tampaknya mudah mencari karyawan, pertimbangkanlah untuk
sesaat biaya kehilangan seorang karyawan yang berbakat. Ada biaya
untuk mencari penggantinya. Biaya melatih penggantinya. Biaya karena
tidak memiliki seseorang untuk melakukan pekerjaan itu sementara
waktu. Kehilangan klien dan relasi yang telah dibina oleh orang
tersebut. Kehilangan moril sejawat kerjanya. Kehilangan rahasia
perusahaan yang mungkin sekarang dibocorkan oleh orang tersebut kepada
perusahaan lain. Plus, tentu saja, kehilangan reputasi perusahaan.
Setiap orang yang meninggalkan sebuah korporasi akan menjadi dutanya,
entah tentang kebaikan atau keburukan.
Demikian pesan Azim Premji. Bagaimana pendapat Anda (sebagai bawahan
maupun atasan) ?

My Blog List

Radithya Bintang Peterson

Radithya Bintang Peterson
Terlahir 1 April 2002 di Rumah Sakit Anissa Cikarang Bekasi, dengan berat 36 kg, panjang 50 cm, yang punya arti Anak yang menjadi Matahari Bintang dan Bulan yang menerangi sekitarnya

Andrew Gerrethz Peterson

Andrew Gerrethz Peterson
Terlahir 3 Oktober 2003 di Rumah Sakit Hosana medika Lippo Cikarang Bekasi, yang mempunyai Arti Anak lelaki yang dinantikan untuk menjadi pemimpin besar dan bercahaya seperti Bulan dimalam gelap untuk sekitarnya