Kids

Kids

Welcome to my stories..

Sweet, hate, crying, laugh, smile... angry..
Just tell me...
Love just for everybody who love each other

Inspiring me very much

Hidup ini adalah serangkaian masalah : Bila saat ini kita sedang bergumul dengan sebuah masalah, sebenarnya kita baru saja keluar dari suatu masalah, atau kita sedang bersiap bertemu masalah yang baru. Allah lebih tertarik membuat hidup kita Kudus ketimbang membuat hidup kita bahagia

Monday, January 23, 2006

Keputusan akhir...

kiLagu Kasih Putih Glen terdengar dari Handphone Sonny Ericsson-ku.
Kulihat display penelepon, oh ternyata Eva adik pelayananku.
" Iya nona, apa kabar neh, kenapa... " tanyaku sembari mengecilkan volume televisi.
" Kak, bisa jemput Eva di Kampung Melayu. Eva baru ribut sama orang rumah,,," suaranya lirih , sesekali terdengar isakan tangis.
" Nona kenapa, ada apa? " tanyaku kaget.
" Pokoknya jemput dulu deh kak, nanti Eva ceritain di rumah." desaknya dengan suara tersedu-sedu.
" Ya udah kamu tunggu di Rumah makan Padang biasanya itu saja, nanti Stevie yang jemput, mumpung ada mobil nich. Nona ati-ati yach." Jawabku.
" Iya kak..." Jawab Eva lirih.

Ya Tuhan kenapa lagi dengan adikku ini lagi, kenapa tak henti-hentinya keluarganya bermasalah.
" Siapa yang telp ma...?" tanya suamiku yang baru keluar dari kamar mandi
" Eva, ada masalah lagi, dia kabur dari rumah , minta di jemput di Rumah makan biasanya yang di Kampung Melayu itu pa. " Jawabku sambil mematikan televisi.
" Ya udah ayo berangkat sekarang, dari pada dia berubah pikiran pergi ke tempat lain, malah jadi ndak karu-karuan. " Jawabnya sambil mengambil kaos di lemari, dan mulai beranjak ke depan nyalain mobil.
Aku bergegas ganti baju, dan membawa beberapa botol minum dan makanan kecil.

Perjalanan dari Cikarang ke Kampung Melayu, kulewati hampir selama 3 jam, jalanan cukup tersendat, cuma mobil Hardtop Hijau pupus pinjaman Pepen yang tidak bisa lincah nyerobot kiri kanan.

" Itu Eva ma, papa tunggu di mobil saja, biar ndak lama-lama, tukang parkirnya agak reseh tuh.! " kata suamiku sambil menunjuk seorang gadis manies memakai blues putih yang terlihat melamun.
Aku turun dari mobil dan menghampiri gadis manies itu. Belum sempat masuk ke Rumah makan padang itu, gadis itu berlari ke arahku , memelukku sambil menangis.
Ku tutup mulutnya dengan telunjukku, kurangkul dia ke arah mobil.

" Kamu sabar yach non, nanti sampai di rumah kita ngobrol, biar jelas masalahnya." Kataku sambil kubelai rambutnya yang hitam lurus.
Dia menyandarkan kepalanya di bahuku, jemarinya yang lembut memegang erat jemariku.
Di sepanjang jalan Eva mulai menenangkan dirinya, matanya merah, mukanya yang putih tampak basah karena air mata. Ku liat dari kaca spion, sesekali dia menghela nafas.
Tak lama di perjalanan dia mulai tertidur di bahuku.

Sampai di rumah, aku minta dia mandi karena hari sudah mulai gelap. Biar segar dan pikirannya lebih tenang. Sembari kusiapkan nasi goreng untuk makan malam.
Setelah makan malam kulihat andrew sudah mulai tidur di box merahnya.
Aku, suamiku dan Eva mulai berkumpul di depan televisi sambil ngemil kripik singkong kusuka rasa keju.
" Gimana ceritanya nona....kok nona nekat mau kabur begini " aku mengawali pembicaraan.
" Ceritanya panjang Kak....!" Kata Eva sambil menundukkan kepala.
Ternyata, Eva mau dinikahkan dengan pilihan papanya, Steven anak buah papanya di Ambon. Eva ndak mau karena dia sudah punya pacar namanya Inez, dan sudah ada janin berumur 1 bulan. Om Sitohang papa Eva, tidak menyetujui hubungannya dengan inez, dan akhirnya Eva dipaksa menikah dengan Steven atau pilih menggugurkan kandungannya.
Pilihan itu berat buat Eva, karena Steven sangat buruk tabiatnya. Belum jadi pacar sudah pernah main fisik sama Eva, apalagi bila nanti Eva sudah jadi istrinya.
Dari pembicaraan tersebut, akhirnya aku putuskan untuk coba hubungi Inez, mau tahu gimana pendapat dia. Karena Eva dalam keadaan tidak bisa memutuskan. Buah Simalakama.
Dari hasil telepon, Inez mau bertanggung jawab, malahan siap untuk ngajak Eva lari.
Tapi itu bukan suatu solusi yang baik. Malam itu kita bertiga berdoa safaat, minta hadirat Allah memberi jawaban.
Terbersit pikiran untuk telepon Mbak Orly di Surabaya, malam itu juga akhirnya kita discuss masalah Eva. Pandangan pertama, Eva menghadapi kenyataan bahwa dia harus nikah dengan Steven, dan siap menghadapi segala kemungkinan yang timbul. Diantaranya anak itu akan disia-siakan Steven, Steven berbuat semakin arogan dan kasar.
Pandangan kedua, jika Eva kabur dengan Inez, maka om Sitohang pasti akan tidak terima dengan kondisi tersebut, bisa jadi Inez semakin kenapa-kenapa dan bayi Eva harus digugurkan.
Pilihan yang sangat berat buat Eva, haruskan dia mengorbankan cintanya apa dia harus mengorbankan buah cintanya....???
Semalaman kita sharing, dan banyak miss call dari rumah bahkan HP om Sitohang.
Eva semakin panik, sesekali kulihat dia menahan tangis hingga kulihat dia menangis sesenggukan.
" Ada sms masuk tuh non, coba baca dulu." Kataku sambil menyerahkan Handphone nokia 6610i miliknya.
"Kak, gimana nich....???" kata Eva dengan panik dan menyerahkan handphone, serta berdiri dan jalan mondar mandir.
Kulihat dilayar handphone tertulis: Kakak ada dimana, Fany bingung nich, papa sudah ngerahin anak buahnya buat nyari kakak. Tadi papa teriak-teriak mau bunuh kak Inez kalo kakak kenapa-kenapa.
Kupandangi Eva, dia menangis, " Eva harus gimana kak...?"
" Sekarang apa yang menurut kamu yang jadi terbaik non...??" sambil kupeluk dan kuelus rambutnya yang hitam.
" Eva ndak mau ada korban, biarin cukup Eva saja yang jadi korban papa kak. Kalau Sampai anak buah papa tahu Eva disini nanti kakak juga akan kenapa-kenapa."
" Kita siap koq hadapi resikonya non, kita akan dukung semua keputusan nona. Kalaupun nona mau ke Surabaya teman-teman akan ngelindungi nona. Tapi sekarang, kamu harus yakin mana yang akan kamu pilih. Dan kamu harus siap hadapi resiko yang sebenarnya nona sendiri sudah tahu apa yang akan terjadi" Kupegang tangannya.
" Nona berserah sama Tuhan yach, minta bantuan TUhan jadikan pilihanmu sekarang adalah yang terbaik. Dan sesuai dengan rencana Tuhan. Sabar yach serahkan sama Tuhan dan yakin ini yang terbaik." kataku lirih sambil kutatap.
Eva memeluk dan menangis di pelukanku.
" Kamu sabar yach non, sekarang matapin hatimu. Kita antar kamu pulang yach." sambil kupegang pundaknya dan menepis rambutnya yang mulai menutupi mukanya yang ayu.
Tak lama, kemudian kita bersiap untuk mengantar Eva pulang. Perjalanan dari Cikarang kita lewat tol Cikampek ke arah Halim, Eva minta kita antar dia di Kampung Melayu saja.
Sesampainya di kampung Melayu, kita tunggu dia dari mulai masuk angkot hingga angkot tersebut membawa Eva pergi.
Seminggu setelah kejadian itu, undangan pernikahan Eva sudah datang ke rumah.
Pernikahan antara Eva Destiani Sitohang dengan Letda Steven Aritonang, di Gereja GPIB Cipinang. pemberkatan nikah jam 14,00 resepsi pernikahan di Gedung Kartika Chandra Kirana pukul 19.00
Hari Kamis April 2003 waktu itu, aku ijin masuk kantor setengah hari.
Perjalanan Dari Cikarang, perjalanan 1 jam naik motor tiba di Gereja.
Sampai di Gereja, puji-pujian mulai dikumandangkan.
Tapi kenapa hati ini tidak tenteram ketika memasukin pelataran gereja ini, ya Tuhan kenapa Gereja ini suasananya jadi singup, mencekam. Cuaca memang agak mendung, tapi lampu gereja sudah menyala semua. Tapi cahaya lampu yang banyak tidak membuat ruangan gereja itu menjadi terang.
Ku masuk ke gereja dan mengambil duduk di sayap kanan, mendekati altar.
" Ya Tuhan kenapa dengan rumahMu ini" dalam hati keberseru dan mengucapkan doa mohon kekuatan.
Astaga, setelah kubuka mata, aku melihat beberapa sosok berjubah berdiri dibelakang Eva dan berdiri melingkari mimbar dibawah altar, seolah mencover.
Kuberi insyarat kepada suamiku yang sudah merasakan kejadian itu, dia memegang tanganku dan mengajak aku berdoa.
Ibadah pemberkatan nikah tersebut tidak membuat aku dan suamiku nyaman, suamiku sudah mulai terbawa amarah, karena yang kami rasakan keluarga Om Sitohang menggunakan kekuatan lain yang bukan kehendak Tuhan.
Akhirnya aku mengajak suamiku keluar dari gereja. Diluar gereja dia menangis.
" Kenapa aku ndak bisa bantu Eva, aku ndak bisa nembus tameng om Sitohang ma, Eva itu lagi ndak sadar." Katanya dengan suara bergetar menahan marah.
" Sabar pa, kita berdoa aja biar Tuhan yang kasih kekuatan buat Eva." jawabku lirih.
Akhirnya setelah menengkan diri, dan kudengar pengucapan janji nikah akan dibacakan, kita kembali memasuki gereja.
Kulihat ketika saat Eva mau mengucapkan janji nikah, tubuhnya gemetar . Ya Tuhan , beri dia kekuatan menghadapi semua ini.
Dengan suara bergetar dia ucapkan kata " Ya dengan segenap hatiku", setelah itu Eva pingsan. Suamiku langsung berlari ke arah mimbar, mengangkat Eva, dan menempatkan di kursi panjang yang ada di belakang kursi mempelai.
Ku hampiri suamiku yang berusaha membantu Eva untuk sadar, Tante Sitohang menangis di samping Eva. Terucap bisikan kepadanya, " Tante sabar yach " sambil ku jabat tangannya.
Setelah itu kutarik suamiku untuk keluar gereja. Karena aku tahu di situ juga dia mengalami pertarungan dengan sosok gelap itu.
Keluar dari gereja, kulihat Fany mengejar kita. Kuraih tangan suamiku untuk berhenti sejenak menunggu Fany.
" Kak, bantu kak Eva. Fany ndak tega. Kakak jangan pergi" sambil diraihnya tanganku.
"Nona, kita ndak kuat lihat Eva begitu, pengikut papamu datang semua, kita ndak bisa nembus nona. Kamu berdoa aja yach." Kataku sambil memegang kedua tangan Fany.
" Kakak dateng nanti di resepsi khan, please.. demi Kak Eva" pintanya.
" Yup , kita usahain yach. Kita mau nenangin diri dulu, nona temenin mama dan kak Eva didalam yach." Kataku sambil mengarahkan Fany kembali memasukin gereja.
Ditatapnya mataku, tiba-tiba dia lari kepelukanku dan menangis.
" Nona, jangan nangis, siapa yang kuatin Kak Eva dan mama sekarang. Nona yang harus kuat, dampingin mama dan Eva. Kak Sari sekarang di luar garis buat bantu non, itu urusan keluarga dan Eva sudah ambil keputusan" Jawabku lirih.
Kemudian Fanny kembali masuk ke Gereja sembari melihat ke arahku dan melambaikan tangan.
Akhirnya kita jalan-jalan ke mall Kuningan, sembari mencari kado dan menunggu waktu hingga jam 7. Kita beliin Eva boneka, karena kita tahu Eva sangat suka sekali dengan boneka.
Jam sudah menunjukan pukul 18.30 ketika kita keluar dari Mall Kuningan menuju Gedung Kartika Candra Kirana, setelah parkir kita masuk ke tempat resepsi.
Tak lama iringan mempelai masuk diiringi dengan adat Batak, acara pedangpora.
Kulihat Eva begitu cantik dengan baju pengatin adat Batak itu, dia sudah mulai tersenyum menyambut para tamunya. Ku tahu senyuman itu sangat pahit buat dia.
to bee continue..

No comments:

My Blog List

Radithya Bintang Peterson

Radithya Bintang Peterson
Terlahir 1 April 2002 di Rumah Sakit Anissa Cikarang Bekasi, dengan berat 36 kg, panjang 50 cm, yang punya arti Anak yang menjadi Matahari Bintang dan Bulan yang menerangi sekitarnya

Andrew Gerrethz Peterson

Andrew Gerrethz Peterson
Terlahir 3 Oktober 2003 di Rumah Sakit Hosana medika Lippo Cikarang Bekasi, yang mempunyai Arti Anak lelaki yang dinantikan untuk menjadi pemimpin besar dan bercahaya seperti Bulan dimalam gelap untuk sekitarnya